44. Maaf, Makasih, Sayonara

1.5K 155 121
                                    

Fyi, ada yang panjang nichh. Bisa dibaca separo dulu kalo ga kuad 3,6k kata.

***

Kecelakaan kecil yang dialami Kent malam itu memberikan dampak yang lumayan besar padanya. Salah satunya adalah kakinya yang keseleo dan mengakibatkan aktivitasnya terganggu. Kent jadi agak kesulitan untuk bergerak ke sana-kemari. Kakinya suka sekali tiba-tiba berdenyut nyeri tanpa sebab.

Beruntung Kent memiliki teman seperti Dion dan Viko yang berbaik hati membantunya bahkan mencarikan tempat urut terbaik di Bandung.

Dampak lainnya adalah Kent mulai berpikir dengan pola pikir yang lebih baik dan luas. Kent tidak lagi galau ketika membayangkan dirinya akan benar-benar sendirian jika kedua orang tuanya berpisah. Kent sadar dia masih mempunyai dua teman yang bisa diandalkan meskipun mereka banyak membuat kerusuhan. Dia tidak sendirian.

Perihal perceraian orangtuanya, Kent sudah mengambil keputusan untuk tidak menghalangi atau menentang sampai banting-banting barang. Sekarang dia sudah sedikit paham. Perceraian ini bukan sekadar putusnya hubungan suami-istri, tapi juga sebagai cara untuk mengobati diri yang terus-terusan tersakiti karena hubungan yang beracun. Hubungan kedua orang tuanya sudah sangat buruk, cenderung melukai dan merugikan satu sama lain dalam berbagai aspek.

Kent sudah tidak mau lagi melihat ada bekas tamparan di pipi Mama maupun Papanya. Kent tidak mau lagi mendengar seruan-seruan penuh sindiran dan makian keluar dari mulut orang tuanya di tengah malam. Sudah cukup. Mereka bertiga butuh istirahat dan juga penyembuhan. Mungkin ide untuk bercerai merupakan pilihan yang tepat dalam kasus ini.

Dan perihal keputusan sepihak orang tuanya yang menyuruh Kent untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, Kent akhirnya menerima dengan pasrah. Toh, tidak buruk juga. Kalau dilihat dari sisi positif, keputusan orang tuanya itu malah menguntungkan. Kent disuruh kuliah, belajar di tempat yang sangat ingin didatangi orang-orang, di sekolah terbaik. Jadi, tidak ada salahnya untuk menerima keputusan itu dengan lapang dada.

Kata-kata Haikal malam itu benar-benar berdampak besar padanya.

"Kak, dipanggil kak Viko!" Ellen berseru dari tempatnya yang berjarak 7 meter dari Kent.

Kent berdiri dari kursi kemudian melangkah mendekati Ellen. "Di mana Viko-nya?" tanyanya.

"Tuh. Lagi berantem sama pacarnya deket penjual batagor."

Kent menoleh ke tempat yang Ellen maksud. Benar saja. Tidak jauh dari gerobak batagor, Viko tampak sedang debat dengan Riris. Mereka memperdebatkan tentang batagor yang diberikan timun dengan yang tidak. Sungguh perdebatan yang tidak penting.

Yap. Viko dan Riris sekarang berpacaran, lebih tepatnya balikan. Sebenarnya belum lama ini, sekitar dua bulan. Tapi mereka sudah ratusan kali bertengkar karena hal-hal kecil. Benar-benar tidak menggambarkan sikap Viko yang paling dewasa di antara tiga sekawan. Yang mengherankan adalah mereka belum juga putus setelah semua itu.

Samar-samar, Kent bisa mendengar perdebatan sepasang kekasih itu dari tempatnya.

"Yang dikasih timun rasanya pahit, Viko Radyaaa," ujar Riris gemas.

"Enggak, Risaa. Gak pahit. Malah lebih seger," balas Viko yang juga ikutan gemas.

Karena tahu kalau dia dipanggil hanya untuk membuat argumen Viko mendapat satu suara, Kent langsung pergi menjauh dari sana. Tak lupa membawa Ellen ikut serta.

"Eh, Kak kita mau ke mana?" tanya Ellen yang berusaha menyamai langkah cepat Kent.

"Pulang," jawab Kent. Sontak ekspresi wajah Ellen jadi lesu. "Udah sore, Nat. gue janji sama Nauval bawa lo pulang gak lewat dari jam 5."

Dare or DareWhere stories live. Discover now