40. NATA, GUE SUKA LO!

1.7K 148 21
                                    

Lima menit sebelum bel istirahat berakhir, Kent datang. Dia tersenyum manis kemudian duduk di kursi bersebrangan dengan Ellen.

"Apa senyum-senyum?!" tanya Ellen galak.

Kent menyodorkan permen rasa melon yang ada gagangnya pada Ellen.

"Sebagai ganti cokelat punya lo yang gue makan," ujar Kent saat Ellen tak kunjung mengambil pemberiannya.

"Cokelat apaan?" tanya Ellen meraih permen pemberian Kent.

"Itu loh cokelat yang tergeletak tak berdaya di kursi taman belakang sekolah tempo hari."

Ellen berusaha mengingat-ingat. Dia ber-oh panjang ketika tahu cokelat yang dimaksud Kent adalah cokelat pemberian dari mantannya yang dia tolak.

"Cokelat itu dikasih mantan gue. Gue gak mau, jadi gue biarin aja di sana."

"Oh dari si 'Ijo kuning abu-abu' itu ya." Kent mengangguk-anggukkan kepalanya. "Btw, kenapa lo gak mau?"

"Beracun," ujar Ellen.

"Ha?" Kent mengedipkan matanya berkali-kali dengan mulut sedikit terbuka. "Kok gue gak mati? Kan cokelatnya gue makan. Gue juga gak sakit perut tuh. Apa karena lambung gue kebal, ya?"

"Seminggu kemudian baru bereaksi," ucap Ellen asal.

"Yang bener? Sekarang udah hari ke-enam sejak gue makan tuh cokelat. Berarti besok gue mati?" Kent menatap tepat mata Ellen. Dia menggenggam tangan kiri Ellen lalu berkata,  "Nat, kalo gue mati nanti gak keberatan kan kalo lo gue hantuin? Tolong bilang ke pak Bambang gue minta maaf karena banyak dosa ke dia. Terus bilangin utang-utang Dion di Mang Koko cepet lunasin. Bilang juga ke Viko kalo dia gak boleh ngulur-ngulur waktu lagi buat nembak Riris. Terus bilangin ke Ellen Rena Monata Bramantyo kalo gue sayang dia. Rencananya sih gue mau nembak dia besok tapi---"

"KAK!" sela Ellen dengan pipi memanas. "G-gue cuman canda doang tau! Lebay banget."

"Oh, cuman bercanda." Kent melepas genggamannya dari tangan Ellen kemudian lanjut berkata, "kalo gitu lupain aja apa yang gue omongin. Jangan diinget-inget. Oke?"

"O-oke."

"Ya udah deh gue mau cabut dulu. Bye!"

"Bye!"

Kent berdiri lalu tersenyum sambil jalan mundur menuju pintu kelas. Dia sempat mengedipkan sebelah matanya sebelum benar-benar hilang di balik pintu.

"Gila. Mau nembak cewek kok bilang-bilang," gerutu Ellen.

Ellen menghela napas panjang. Detak jantungnya bisa dengan jelas dia dengar. Dia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Hobi banget sih bikin jantung gue jedag-jedug! Dasar ngeselin!

"Nat," panggil Kent berbisik.

"Astaghfirullahhaladzim!" kaget Ellen. Ellen mengangkat kepalanya. Dia menabok lengan Kent cukup keras dengan tatapan galak.

Kent nyengir.

"Kenapa balik lagi?" tanya Ellen ketus.

"Boleh cium dulu gak?"

Ellen meraih novelnya. "Mau gue timpuk pake novel lagi, hah?!"

"Njir, garang banget sih lo.

"Pergi gak?! Atau gue timpuk nih!"

Kent berdecak. "Iya, iya. Dasar singa betina PMS!"

"Bodo amat! Pergi sana!"

Kent mencubit pipi Ellen kemudian lari sambil tertawa. Senang sekali rasanya menjahili cewek itu.

Dare or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang