11. Hari Ke-2 yang Singkat

3.8K 182 3
                                    

Ellen bertopang dagu, bosan menunggu kakak kelasnya yang tadi bilang akan ke sini. Kursi yang didudukinya terasa panas, menandakan kalau dia mulai tidak nyaman duduk berlama-lama, sendirian pula.

Teman-temannya sudah pergi ke kantin, makan bakso, soto, batagor, dan lain sebagainya. Sementara Ellen duduk diam di sini. Menunggu kakak kelasnya yang belum tentu akan datang.

Ellen merebahkan kepalanya ke permukaan meja. Dua menit. Ia akan menunggu dua menit lagi. Jika Kent tak kunjung menunjukkan alisnya yang tebal itu, Ellen akan langsung ke kantin.

Satu per satu temannya yang habis makan di kantin, berdatangan. Bunyi detik arloji yang tadinya sangat jelas terdengar di telinga Ellen, kini sudah teredam oleh obrolan teman sekelasnya. Wajah-wajah ceria mereka dan intonasi bicara yang bersemangat menandakan bahwa masalah dengan perut sudah terselesaikan, mereka sudah kenyang. Sedangkan Ellen, jangankan makan, minum saja belum.

"Ell, lo gak ke kantin?" Aldo bertanya.

Ellen mengangkat kepalanya, menghela napas panjang. Dua menit sudah berlalu, itu artinya Ellen akan pergi ke kantin apapun yang terjadi. "Ini lagi mau ke kantin, Do," ujarnya lesu.

"Mau ditemenin gak?"

"Gak mau." Ellen langsung menolak.

"Ya udah." Aldo balik badan, mengobrol dengan temannya yang lain.

Meskipun sekelas, Ellen dan Aldo tidak terlalu akrab. Makanya cewek itu lebih memilih jalan sendirian daripada berjalan bersama orang yang bisa saja ada niat buruk padanya.

Ellen akui pemikirannya terlalu negatif. Tapi apa boleh buat? Cewek itu tidak mau mengalami hal yang tidak diinginkannya untuk ke-sekian kali.

"Eh, itu pacar barunya Kent, kan? Kok jauh banget sih dari tipe Kent?"

Ellen menoleh sekilas ke arah kumpulan cewek yang sedang berbisik tentangnya, lantas menghela napas panjang dan mempercepat langkahnya menuju kantin.

Berita ia berpacaran dengan Kent menyebar pesat semenjak kejadian di lapangan upacara kemarin. Ellen yang tadinya terkenal gara-gara statusnya sebagai anak baru, kini terkenal gara-gara berpacaran dengan Kent.

Banyak yang terang-terangan membicarakannya. Bahkan tadi, entah disengaja atau tidak, ada puluhan kakak kelas perempuan yang mondar-mandir di koridor kelasnya. Mereka melihat Ellen dari balik jendela kaca, kemudian berbisik-bisik dan tertawa. Setelah itu mereka pergi.

Cih. Serepot inikah menjadi pacar dari seorang pangeran sekolah?

"Nataaa!"

Itu dia orangnya. Panjang umur sekali, baru saja dibicarakan langsung muncul.

"Lo dari mana aja sih? Lama banget! Gue udah nungguin sampe lumutan tau gak?" Ellen mengomel ketika Kent sudah berada dekat dengannya. "Abis ngapain aja lo? Lahiran?" tanyanya sinis.

"Sabar, Neng, sabar. Jangan galak-galak gitu ah. Masih pagi loh ini."

"Sabar, sabar, palak lo kejedot helikopter! Gue udah laper banget tau!"

Kent tertawa kemudian menepuk pelan kepala Ellen dua kali, memperlakukan Ellen seperti anak kecil. Gara-gara itu, Ellen langsung terdiam. Pipinya bersemu merah.

"Maaf ya, nunggu lama. Tadi gue ngejer mamang gado-gado dulu baru ke sini." Kent merangkul bahu Ellen, mengajaknya kembali ke kelas 11 IPA 4.

"Kak, lepasin ih! Berat tau!" ujar Ellen yang berusaha menurunkan lengan Kent dari bahunya. Selain karena berat, Ellen juga tidak tahan dilihat orang-orang. Kenapa sih Kent suka sekali mencari perhatian?

Dare or DareWhere stories live. Discover now