17. Penculikan

2.9K 157 17
                                    

Kelopak mata Ellen terbuka saat mendengar gedoran di pintu balkon kamarnya. Cewek itu beranjak duduk, melirik jam weker di nakas.

03.12.

Langit di luar sana masih gelap. Adzan subuh belum berkumandang. Ayam tetangga pun belum ada yang berkokok. Malam-malam begini siapa yang menggedor pintu balkonnya?

Ellen jadi teringat film horor yang ditontonnya bersama Nauval, di mana ada seorang gadis berkacamata yang bangun tengah malam karena suara aneh dari pintu balkon. Gadis berkacamata itu akhirnya membuka pintu balkon dengan tangan bergetar. Ketika pintunya sudah dibuka, yang pertama kali ia lihat adalah penampakan kepala tanpa badan dengan mata melotot, mulut sobek sampai ke telinga dan darah merah kental yang menutupi hampir semua bagian kepala. Sangat menjijikkan dan membuat mual.

Ellen berteriak keras saat melihat scene itu. Dia langsung kehilangan selera makannya selama satu hari penuh.

Gedoran di pintu balkon semakin keras. Ellen menelan ludahnya susah payah. Disingkapnya selimut yang menutupi separuh badannya, kemudian dia menghampiri pintu balkon sambil membawa guling sebagai senjata.

Dari balik kaca yang buram, samar-samar terlihat siluet tubuh tinggi. Tangannya menggedor pintu balkon tiga kali tiap lima detik. Seketika itu, bulu kuduk Ellen meremang.

Pelan-pelan, Ellen mengangkat tangannya, membuka pintu balkon dengan tangan gemetar. Ia mengintip dari celah pintu yang dibuka sedikit. Lantas matanya terbelalak ketika melihat langsung orang yang menggedor-gedor pintu balkonnya di jam segini.

"Kak Kent!" seru Ellen tertahan, membuka pintu balkon sedikit lagi. "Gue kira setan, tau!"

"Astagfirullah ... cogan gini lo bilang setan?" Kent menggeleng dramatis. "Jahatnya engkau, Pacarkuuu."

Ellen memutar bola matanya malas. "Kok lo bisa naik ke sini?"

"Tadi jadi spiderman." Kent menjawab ngawur.

Mendengar itu, Ellen mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Cewek itu masih mengantuk. Dia baru saja tidur dua jam sehabis begadang membaca cerita di wattpad sampai tamat.

"Ngapain ke sini malem-malem?" Ellen menguap. "Gue masih ngantuk," ujarnya lesu.

Kent tersenyum lebar, melirik jam tangannya sekilas lalu menatap penuh arti ke arah Ellen.

"Apa lo lihat-lihat?" Ellen merapatkan pintu balkon sampai celah yang terbuka hanya 3 cm. Jaga-jaga.

Kent tertawa. "Gue gak akan ngapa-ngapain lo, Nat. Gak minat tau," ujarnya dengan nada menyebalkan. "Pokoknya gue kasih lo waktu lima menit buat siap-siap. Hari ini lo harus mau gue culik sampe sore."

"Hah? Males ah! Capek! Hari Minggu gini enaknya tidur sampe siang atau rebahan sambil main hp. Baca wattpad."

"Gini deh, gue kasih pilihan buat lo. Pertama, lo siap-siap dulu dan abis itu kita langsung jalan. Kedua, gue paksa lo pergi  dengan pakaian tidur lo ini." Kent melirik sekilas pakaian tidur Ellen yang berwarna biru muda dengan motif awan. "Pilih mana? Opsi pertama atau opsi yang kedua?"

"Enggak dua-duanya. Gue mager keluar rumah. Capek."

"Yakin lo gak mau ikut?" tanya Kent. Ellen mengangguk. "Padahal tadinya gue mau ajak lo ke tempat tongkrongan gue. Abis itu ke rumah gue buat ketemu Kesya. Tapi ya udah deh kalo lo gak mau."

"Kesya?" Ellen mendadak antusias. "Mau, mau, mau! Tunggu bentar, ya? Jangan ngintip lo! Awas aja!" Ellen mengunci pintu balkonnya kemudian bersiap-siap.

"Iya. Cepetan jangan lelet. Telat satu detik, gue cium!"

Hanya butuh empat menit bagi Ellen untuk bersiap-siap; cuci muka, gosok gigi, ganti baju. Dia muncul dari balik pintu balkonnya dengan celana training hitam dan atasan kaos berwarna biru. Rambutnya dikuncir kuda seperti biasanya.

Dare or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang