Prolog | Chapter 01

4.8K 571 522
                                    

Sudah baca deskripsi cerita ini? Baca deskripsinya dulu sampai bawah, ya.


_______________________________________

"Iya, cewek itu emang baperan."
oOo

Cuaca malam ini sangat mendukung sekali. Tidak hujan seperti malam biasanya, padahal sekarang memang sedang musim penghujan. Semesta seolah tahu apa yang harus dilakukannya. Sinar terang yang dipancarkan sang rembulan dan taburan kerlap-kerlip bintang menambah kesan yang indah untuk malam ini.

Terlihat dua orang perempuan dan satu laki-laki sepertinya nampak sangat bahagia, terlihat jelas senyum yang mekar di wajah mereka. Seolah malam ini akan menjadi malam terindah di sepanjang malam. Apalagi seorang perempuan manis yang memakai dress berwarna peach selutut, terlihat antusias sekali. Ia sedang berusaha membenarkan bandana yang dikenakannya agar terpasang rapi di kepala. Sedangkan satu perempuan lagi sedang kebingungan melihat penampilan teman cowok mereka yang sedang menata lilin angka di atas sebuah kue.

Rumah pohon yang biasa mereka tempati sebagai base camp juga disulap sedemikian rupa, sangat berbeda dari biasanya. Banyak lampu-lampu hias berbagai warna terpasang dengan cantik, secantik dua perempuan yang ada di sana. Tidak lupa lilin-lilin hias yang disusun di berbagai tempat dan sudut jadi pelengkap kesan menarik.

"Ji, ko lilin nya angka 2 dua-duanya?" ucap gadis yang memakai dress berwarna navy. Gadis itu mengerutkan keningnya bingung. Ia baru menyadari ternyata lilin yang berdiri di kue itu angka 22.

Hari ini adalah hari anniversarry persahabatan mereka yang ke 10 tahun. Iya persahabatan 3 sekawan yang bernama SAFARI itu. Nisa, Fajri dan April. Mungkin di sekolah mereka sudah dikenal banyak orang, bisa dibilang sudah terkenal. Bahkan sebagian guru juga ada yang mengetahuinya.

"Sorry, Nis, angka satunya lagi kosong," jawab Fajri dengan santai. Ia melanjutkan lagi kegiatannya memasang lilin tersebut.

"Ya, masa dua puluh dua, sih, umur gue aja masih 17 tahun."

"Apa hubungannya umur lo sama lilin ini?" Fajri menunjuk ke arah lilin yang berada di atas kue. "Gak ada kan, Nis?" Fajri membela dirinya. Ia mengangkat satu sudut bibirnya, tersenyum sinis ke arah Nissa. "Yay, finnaly!" seru Fajri setelah selesai memasangkan lilin itu dengan sempurna.

"Tapi, kan, persaha-."

"Udah, deh, kok malah ribut, sih?" Akhirnya April yang dari tadi hanya menyaksikan Fajri dan Nissa membuka suara berusaha melerai mereka berdua yang beradu mulut tidak jelas. Hanya karena lilin.

"Ril, kan, kita-."

"Shtt!" Lagi-lagi April memotong perkataan Nissa sebelum Nissa menyelesaikan perkataannya. Matanya sedikit melotot dengan jari telunjuk yang diarahkan di depan bibir Nissa, Nissa mencebikkan bibirnya kesal. Sedangkan Fajri, ia malah cengengesan. Fajri sangat suka dengan moment ini, di mana si cerewet Nissa akan bungkam kalau April yang menanggapinya. Lucu.

Nissa itu paling tua di antara mereka bertiga. Tapi, mungkin karena Nissa perempuan jadi sering muncul sifatnya yang kekanak-kanakan, sifatnya yang manja dan sikapnya yang tidak mau kalah. Tapi sifatnya itu akan hilang kalau ia berhadapan dengan April. Bukan takut, tapi Nissa tidak berani kalau harus mengekang April.

Gimana dengan April? Dia kan perempuan juga? April itu kebalikannya Nissa, April lebih banyak diam, sedangkan Nissa sangat cerewet. Umur April juga lebih muda satu tahun dengan Nissa. Bahkan di sekolah, April adalah adik kelas Nissa dan Fajri.

"Nah udah, nih. Mana bensinnya? Nis bensin Nis, bensin." Tangan Fajri melayang-layang, Nissa memberikan bensin itu kepada Fajri dengan muka masih cemberut.

"Kak Nis senyum dong," kata April sambil mendekat ke arah mereka.

"Lo jelek kalau manyun kayak gitu," timpal Fajri dengan nada mengejek yang akhirnya dihadiahi pukulan oleh Nissa.

"Andai aja semua fans lo tahu kelakuan lo kayak gini, Ji. Udah pada mengurungkan diri semua kali tuh jadi orang yang mengidolakan lo," gerutu Nissa kesal. Fajri terkekeh.

April hanya memasangkan senyumannya, terlihat seperti bukan senyuman biasa tetapi seperti yang dipaksakan.

Kenapa?

Fajri menyalakan lilin tersebut. Muka kusut Nissa sekarang terganti dengan lengkungan dikedua sudut bibirnya. Begitupun dengan April ia sekarang memasang senyuman yang tulus.

"Selamat hari jadi persahabatan kita yang ke sepuluh tahun Kak Nis, Ji." April membuka percakapan terlebih dulu. Matanya bergantian melihat kearah Nissa dan Fajri yang duduk berhadapan dengannya.

Jadi posisinya mereka duduk dimeja yang sudah mereka siapkan di bawah rumah pohon. Fajri dan Nissa duduk bersampingan, sedangkan April memposisikan dirinya berada dihadapan mereka tepatnya di depan Fajri.

"Makasih udah mau sahabatan sama gue selama ini ya, guys." Mata Nissa berkaca-kaca.

"Apapun yang terjadi, kita harus tetap sama-sama. Saling menguatkan dan melengkapi."

"Harus berjalan bersama, jatuh pun harus barengan pokoknya. "

"Dan, gak boleh ada yang saling suka diantara kita, apalagi terjebak cinta segitiga. Itu rumit," ucap Fajri membuka suara. Terdengar serius.

April dan Nissa saling melempar pandang satu sama lain. Lalu mereka berbarengan melihat kearah Fajri, ia hanya memasang wajah datarnya. Seperti tidak pernah mengatakan apa-apa.

Apa yang barusan dikatakan oleh Fajri? Apa ia merasakan sesuatu yang janggal diantara persahabatan mereka?

"Kok malah pada bengong, sih. Tiup dong lilinnya." Tambahnya setelah beberapa menit hening. "Santai aja kali gue bercanda doang, jadi cewek pada baperan banget, sih," lanjutnya lagi.

Jadi cuman bercanda. Iya, bercanda.

Mereka bertiga memejamkan mata. Berdo'a dan berharap, semoga semua yang diharapkan dapat terwujud. Setelah mereka membuka mata kembali tiba-tiba. "Fajrii!" teriak Nissa dan April. Yap, Fajri terlebih dahulu meniup lilin itu. "Kalian kelamaan make a wish nya, nanti nih lilin keburu abis."

***

Segitu dulu ya, hehe.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Where stories live. Discover now