Ishumi »S2«

6.7K 746 80
                                    

Tiga bulan. Sudah dua bulan Jeno seperti ini dan sekarang Jaemin sudah muak. Jeno selalu marah-marah setiap pulang dari kantornya dan meminta pisah dengan Jaemin.

Jaemin sudah kebal sekarang. Jaemin sudah tidak menangis lagi apabila dibentak Jeno. Malah, ia selalu menjawab dan menantang Jeno.

Jaemin muak sekarang. Jeno berubah. Jeno yang lembut dan penyayang sudah hilang entah ke mana. Bahkan Jeno sudah berani membentak anak-anaknya yang tidak tau apa-apa itu. Jaemin juga pernah memergoki Jeno yang hampir saja memukul Beomgyu karena tak sengaja membuat berkasnya jatuh. Ya, hanya jatuh biasa tanpa ada kerusakan sedikit pun. Jeno sekarang mempunyai tempramen yang tinggi.

Jaemin yang melihat anaknya hampir dipukul itu pun langsung menampar Jeno terlebih dahulu. Hingga akhirnya Jaemin diperkosa habis-habisan tanpa ampun. Ia tak peduli. Ia hanya ingin anak-anaknya baik-baik saja.

Sekarang Jaemin sedang menunggu Jeno pulang kerja di ruang tamu setelah menidurkan kedua anak kembarnya. Walaupun ia sudah muak dengan kelakuan Jeno, tetap saja ia masih menjadi seorang istri dari Jeno. Jadi, dia masih mempunyai tugas sebagai seorang istri.

Tak lama Jeno pulang. Seperti biasa dengan wajah kusut dan lelahnya. Hanya saja hari ini terlihat berbeda. Bau parfum wanita yang menyengat menempel di tubuhnya. Ia juga menemukan bekas lipstick di sudut bibirnya serta kemeja putihnya itu.

Rasa sesak memenuhi rongga dada Jaemin. Jaemin hanya diam dan tersenyum saja. Ia segera melakukan kegiatannya sebagai seorang istri, yaitu melayani suaminya dan membantu suaminya untuk mengganti pakaiannya.

"Sini aku buka dasimu." Ujar Jaemin. Namun, sebelum ia menyentuh dasi Jeno, tangannya sudah ditepis terlebih dahulu oleh Jeno.

"Jangan sentuh aku ! Biar aku saja yang buka !" Gertak Jeno. Jaemin hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu, ia pergi ke ruang makan untuk menyiapkan makanan untuk Jeno; walaupun, makanannya tak akan dimakan oleh Jeno.

"Makanlah, setelah itu mandi dan tidur." Ujar Jaemin.

"Ck! Tidak usah sok perduli Jaemin-ssi. Aku ingin kita pisah, kau tak berguna. Semua yang kau lakukan tak akan mempengaruhiku. Berhentilah berakting." Ujar Jeno.

Jaemin memejamkan matanya. Ia pusing sekarang. Rasanya ia ingin segera pergi dari rumah ini. Tapi semuanya hanyalah khayalannya, karena semarah-marahnya Jaemin dengan Jeno, ia tak akan kernah meniggalkan Jeno sendiri.

"Aku tak berakting, Jeno Hyung. Ini semua murni. Semua ini aku lakukan seperti hari-hari sebelumnya, seperti biasa Hyung." Balas Jaemin lembut.

Jeno menggeram. "AKU TAK PEDULI JAEMIN ! AKU INGIN KITA PISAH ! AKU TAK PEDULI APA PUN YANG KAU KATAKAN, AKU HANYA INGIN KITA PISAH !"

"KALAU BEGITU LAKUKAN JENO LAKUKAN ! Kau hanya berbicara saja tapi tak melakukan apapun. Itu semua hakmu, Hyung." Kesabaran Jaemin sudah habis sekarang.

Jeno hanya diam. Seperti biasa. Ia tak pernah menyiapkan perceraiannya dengan Jaemin. Ia selalu diam, seakan-akan itu hanyalah sebuah permainan bagi Jeno.

"Hyung." Panggil Jaemin.

Jeno melirik sekilas sembari melepas dasinya.

"Jujur Hyung. Selama ini kau ke mana saja ? Pulang selalu malam dan berlaku kasar padaku. Kau ke mana saja, Hyung ? Kau berubah."

"Aku lembur." Balas Jeno singkat.

"Tidak mungkin. Aku mengenalmu, Jeno. Appa juga bilang bahwa perusahaan mu tidak dalam kondisi buruk. Appa juga bilang bahwa tidak ada pekerjaan yang perlu diselesaikan hingga lembur begitu. Aku tau kau bohong, Hyung." Ujar Jaemin.

"Kau mau tau ?" Jeno membalas Jaemin dengan pertanyaan. Akhirnya Jaemin pun mengangguk.

"Cih. Aku rasa kau akan menangis setelah ini. Tapi tak apa, semoga kau lebih cepat keluar dari rumah ini." Ujar Jeno.

Jaemin hanya diam menunggu jawaban Jeno yang sebenarnya.

"Aku... Aku selingkuh darimu. Aku menjalin hubungan dengan orang lain." Lanjut Jeno.

Deg

"A-apa ?" Jaemin tidak salah dengar, kan ?

"Aku selingkuh. Sudah ku katakan, aku bosan denganmu. Kau juga tak berguna. Jadi aku mencari pengganti dirimu yang lebih sempurna dan lebih berguna."

Hati Jaemin mungkin sekarang sudah tak berbentuk lagi. Sudah bagaikan abu yang jika ditiup akan menghilang begitu saja. Ucapan Jeno memuatnya sakit hati.

"Aku kira kau—"

"Haha, aku tak berbohong kali ini Jaemin-ssi. Sudahlah aku lelah. Sekarang, terserah kau ingin melakukan apa. Aku tak peduli." Jeno pun meninggalkan Jaemin sendiri di ruang tamu.

"Kau menyakitiku lagi, Lee Jeno."

⋘──◈ ∗⋅◈Baby Boy◈⋅∗ ◈──⋙

Pukul 13.45. Hari terasa sangat panas sekali. Tapi rasa panas itu tak terasa karena saat ini Jaemin sedang berada di sebuah cafe dengan seorang lelaki dengan alis bak burung camar itu.

"Jadi, kenapa kau meminta untuk menemuiku Na ?" Tanya lelaki itu.

"Ingat percakapan mu dengan ku tiga bukan yang lalu, Hyung ?" Balas Jaemin dengan pertanyaan.

Mark, si lelaki beralis burung camar itu sedikit berpikir sampai akhirnya ia pun mengangguk antusias. "Ya, aku mengingatnya. Ada apa ?"

"Itu... Benar Jeno." Balas Jaemin lirih.

Mark membulatkan matanya. "APA ?! Kau bilang Jeno sedang berada bersamamu ! Kau bohong ?!"

Jaemin tersenyum miris. "Maaf, Hyung. Saat itu aku hanya ingin berpikir positif dan tak mau Hyung khawatir."

"Tapi degan begini Hyung lebih khawatir padamu !" Jaemin hanya tersenyum, menanggapi.

"Jaemin-ah." Panggil Mark.

"Ya ?"

"Jika suatu saat Jeno berbuat sesuatu padamu. Hubungi aku."

"Kenapa memangnya, Hyung ?"

"Aku akan memberinya pelajaran."

TBC

Aku lagi kesel, ntar updatenya agak Lamaan :(

-Qii 💚

Baby Boy | ɴᴏᴍɪɴ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang