56

14.1K 1.3K 209
                                    

Awali dengan vote!
Akhiri dengan komen!

Happy Reading.

*****
Suara derap langkah cepat di lorong rumah sakit terdengar menggema.

"Olin."

Olin menoleh dan melihat Nano bejalan mendekat.

"Kenapa Buru Buru sih."

"Lo pikir! kenapa kalian gak kasih tau gue sih hah!"

"Gue tau kita udah jarang kumpul, tapi kalian tuh tetep temen gue, kenapa kejadian kayak gini gak ada yang kasih tau gue!"

"Lin lo tenang dulu."

"Apa gue bisa tenang, orang yang gue sayang sejak lama ada di ruma sakit, dan gue gak tau. Lo tau gimana perasaan gue!"

"Lin."Panggil Nano kebingungan.

Olin menarik nafasnya."Sorry, gue kelepasan."

Nano menghela nafas."Gue paling gak bisa liat cewe kaya lo sakit hati Lin."

"Tapi gue menikmati rasa ini,gue juga gak tau baru kali ini gue ngerasain rada sebesar ini sama orang yang gak akan pernah jadi milik gue"Olin tersenyum masam.

"Lin lo bisa lupain Elang itu pasti."Ucap Nano.

"Sulit No, lo gak tau gimana jadi gue, kayaknya gue akan tetap seperti ini."

"Seperti ini apa hah! Menyia nyiakan hidup lo buat mencintai orang yang sama sekali gak akan ngeliat bahkan anggap lo hah!"Kesal Nano.

Olin memalingkan wajahnya.

"Gue bakal bantu lo, anggap aja gue adalah sebuah jalan dimana lo bisa lupain perasaan buat Elang."

Olin menatap Nano."Bisa gue liat Elang? gue cuman pengen tau keadaanya aja."

"Tapi lo siap buat nyakitin hati lo sendiri lagi?"Tanya Nano.

"Udah biasa."

Nano membawa Olin ke ruangan Elang.

Nano mengetuk pintu.

"Masuk aja."

"Hai Nat."Sapa Nano.

"Ehh Bang Nano, Olin."Nata tersenyum dengan wajah bantalnya, duduk disamping Elang yang masih tertidur.

"Baru bangun lo Nat, jam berapa nih."Ucap Nano.

"Masih jam setengah tujuh padahal, bagun gara gara ada suster kesini."Sahut Nata.

"Elang tadi udah bangun?"Tanya Nano duduk di sofa.

"Iya bentar doang, katanya kepalanya pusing jadi dikasih obat sama dokter gak lama tidur lagi."

"Pusing? Tapi kata dokter gak papakan?"Tanya Olin.

Nata menatap Olin dan tersenyum melihat raut khawatir Olin.

"Gakpapa."

"Oh ya lo udah sarapan Nat?"

"Baru juga bangun."Sahut Nata mengusap matanya.

Nano terkekeh."Mumpung gue baik hati nih, mau gue beliin sarapan gak?"

"Seriusss!"

Nano mengangguk.

"Boleh request."Nata tersenyum lebar.

"Yaa terserah mau apa."

"Emmm Nata mau bubur di dekat Rumah, terus gak pakek kacang, ayamnya banyakin, sama minumnya terserah deh, satu lagi sama Camilan yang banyak buat stok, ohh ya bubur nya dua soalnya Nata laper."

Evanish (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang