08 #Bimbang

4.2K 232 6
                                    

Pagi ini Billar pergi lari pagiㅡsudah menjadi kebiasaan bagi pria kelahiran Medan ini.

"Gua di jalan, udah dari jam setengah enam gua lari. Ya sendirilah, udah biasa. Udah ah, gua lagi ngemusik, tutup ya? Nanti kita futsal, sorean~ ajak yang lain."

Telepon pun ditutup. 

Billar pun lanjut berlari, dengan airpods yang menancap di kedua telinganya. Dirinya pun inisiatif menelpon Lesti.

"Anjay random banget gua,"

"Kak Billar? Ada apa pagi-pagi gini ... nelpon?"

"Enggak, sepi aja."

"Hah? Maksudnya~"

"Lagi lari pagi soalnya, temenin ngobrol sambil lari ya?"

"Oooh, aduh kasian, sini deh ditemenin~"

"Ganggu gak?" Tanya Billar sambil lari pelan.

"Enggak, baru aja selesai bikin nasi goreng, mau?"

"Mauuu, laper nih~" 

"Ke sini dong~ kan udah tau rumah dede,"

"Aduh, jadi mau ke sana. Nanti deh~"

"Ya ke sini aja, terima tamu terus kok~"

"Masalahnya tamu yang ini ... spesial."

"Pake telor?"

"Huu basi!"

"Kenapa???"

"Ya pengen ngobrol aja gini, biar larinya gak sepi, kenapa emang?"

"Kan nanti capek, lari sambil ngomong."

"Gak ini, biasa aja. Aku udah di depan rumah nih,"

"Mau dimatiin?"

"Eh eh jangan!" Seru Billar sambil membuka sepatu, berjalan masuk dengan mengusap wajah pakai handuk kecil.

"Kok diem aja sih? Krusuk krusuk?"

"Hehe, maaf. Ini udah di kamar, mau mandi, mau ikut gak?"

"Ya Allah., kenapa siiih? Dasar Billiar!"

"Billar! Allahu, bintang kejora!" 

"Hahaha, sebutan dede bagus. Ya udah atuh kak, tutup ya teleponnya. Abis mandi sarapan yaa~"

"Iya dong, bersinar. Oke, see you kapan-kapan ya, dede."

"Iya iyaa, kutebas juga pala kau!~ hahaha!~"

"Logat Medannya haduuuh, kece. Lucu kamu~"

"Iya dooong. Udah ah, tutup yaaa~"

"Oke, makasih udah nemenin, jadi seneng,"

"Iya iya sama-sama,"

Sambungan pun ditutup.






.
.








"Hahhhh," hela napas Billar. Dirinya baru saja mendudukkan bokongnya di kursi makan, mengusap rambut basahnya agak kasar.
Kenapa sih gua, kok jadi gini? Ini perasaan anjay bangetlah, kenapa siiih, buset, batin Billar bergumam.

"Ky, sarapan heh!"

"Eh, iya bu~" seru Billar dan segera menyantap sarapannya dengan bimbang.

Setelah sarapan, Billar lebih memilih di kamar, bermain ps. Tadinya dirinya akan pergi ke tempat gym. Tapi, tiba-tiba niatan itu hilang, terempas tiba-tiba.

"Ky~ ada teman-temanmu!"

"Maaf bu, suruh ke kamar aja!"

Tak lama, teman-teman Billar masuk, dengan kerusuhan yang seperti biasanya.

"Woy, kenapa jadi anak rumahan gini?"

"Capek gua, kebanyakan masuk konten orang-orang, sekarang saatnya me time dong~"

"Ikutan napa gua, udah lama gak main ps." Seru Harris mengambil stik ps.

"Jadi gak futsal?" Tanya Ady.

"Jadi dong, sambil nunggu sore, maen aja dulu di sini~" ucap Billar tidak beralih dari layar.

"Okelah, gua numpang molor ya?" Ujar Ady.

Azan pun berkumandang,

"Salat dulu abang Ady tampan, asar tuuuh!" Seru Ichal. 
"Matiin-matiin, salat dulu, yok yok!"

"Gile abang gua nih, berjamaah ya? Tapi Ady yang imam!" Tukas Billar sembari mematikan ps.

"Lah, Ichal yang ngajak! Dia yang imam lah!" Klaim Ady tidak terima.

"Ya udah siapa aja, wudu dulu yang penting," sergah Harris sudah keluar kamar terlebih dulu.

"Lo imam Chal!"

"Billar aja!" Mantap Ichal.

"Ih, gua mah imam buat calonnya gua nanti~" sela Billar diakhiri tawa geli.

"Asiiik, ngomong lu, udah bener-bener ngebet banget dah," ejek Ady.

"Adek gua udah gede~" seru Ichal.

"Adek gua juga dia~" tambah Ady.

"Woy! Mau wudu apa ngobrol sii?!" Sahut Harris.

"Siapa yang ngobrol Harris fakboy~" tandas Ady. 

"Ehh jaga tuh mulut, akhlaknya mana?!"

"Udah udah, karena yang udah wudu Harris, jadi imamnya dia," ucap Ichal.

"Yaaa, gak bisa gitu woy!"

"Bodo amat, gak peduli~" tukas Ichal.

Setelah wudu, mereka melaksanakan ibadah salat asar, setelah debat akhirnya tetap Ichal yang menjadi imam.






.
.








"Lesti ulang tahun, gua kasih apa ya?"

"Hah? Gak salah denger gua?"

Billar hanya menatap ketiga temannya dengan mengatup bibir lalu menggeleng kepala.

"Gila! Fiks ini mah, Billar suka Lesti!" Klaim Ady.

"Buset berisik lo, gimana kalo emak gua denger!"

"Gak apa-apa, nyokap lo kan emang mau mantu pedangdut, kan?"

"Gak gitu Ady Sky!!! Udah ah, futsal yok futsal!"

"Bisa banget ngalihin, dasar sadboy!" Celetuk Ichal.

"Udahlah, kita tunggu waktu aja, yang pasti, kalo si rese Billar ini kalah sama gengsi, penyesalan kedua bakal datang~ kita mah udah dukung dan doa, soal gimananya, ya itu urusan Allah., Billar sama Lesti." 

"Waduh, tumbenan Harris bijak begini???" Seru Ichal. 

"Kenalin, Harris Vriza, cowok tampan kalem nan bijak~"

"Nyesel gua muji!" Ucap Ichal.

Nah, ini yang gua pikirin selama ini. Gua gengsi, tapi rasa gua kayaknya ... udah muncul, tapi gua takut. Terus yang dikatain Harris barusan, bikin gua jadi bimbang parah, aduh Billar goblok banget sih lu! batin Billar sungguh terkecoh.












Bersambung...

Takdir Sesungguhnya | LESLARKde žijí příběhy. Začni objevovat