41 #PerkaraAnjay

3.3K 235 15
                                    

Perkara 'Anjay' berbuntut panjang, Lesti bukannya tidak tau atau pura-pura tau, tapi tidak ingin bahas. Justru, Lesti tau, tapi dirinya mendukung dan mendoakan di belakang. Bukannya takut, hanya saja dirinya tidak ingin ikut-ikutan, walau ada niatan ingin speak up juga. Tapi, Billar melarangnya. Dari awal perkara ini muncul, Billar mencoba menyembunyikan, namun banyaknya yang membahas itu yang membuat Lesti bertanya padanya. Jadi, Lesti akhirnya tau.

"Udah gak tau lagi~"

"Ya Allah., kakak~"

"Dia sedengki itu dede~ kakak gak ngerti, beneran. Niat kakak tuh gak gitu."

"Iya dede paham banget, kakak itu orangnya tulus. Kakak tetep tenang ya, tetep jaga emosi."

"Iya pasti. Cuma, kakak masih gak nyangka aja, kok dia bisa sejauh ini sih?"

"Walau dede cuma tau dia dikit, tapi dede jadi gak bisa respect lagi sama dia."

"Nah iya, berpendidikan kok gitu, kalah sama Eno dong. Mendingan Eno, dia asisten yang amanah, orangnya bener-bener ada tujuan, gak manfaatin keadaan dengan cara yang salah." Celoteh Billar sedikit emosi,
"Sebenernya kakak gak mau masalah ini sampe kedenger sama dede, tapi dede udah terlanjur tau. Harusnya dede jangan ikut campur, ini kesalahan kakak~"

"Justru dede tadinya mau marah, karena kakak gak kasih tau, kakak malah sembunyiin hal ini dari dede. Ini jadi masalah dede juga~"

"Enggak, dede gak salah. Kakak minta maaf, semua jadi serumit ini."

"Kakak, denger dede."

Billar seketika memandang Lesti dengan tatapan kosong tapi serius.

"Kalo dari awal niat kita gak jelek, insya Allah semua bakal baik-baik aja. Karena semakin seseorang itu tinggi, akan banyak rintangan datang. Jadi, kakak harus tetap kuat, tetap jadi diri kakak. Temen-temen kakak, sahabat, penggemar, semua dukung kakak. Termasuk dede juga~"  

Billar mengukir senyum terbaiknya. 

"Tadinya kakak hampir mau nangis, tapi setelah denger dede, semangat kakak berkobar lagi."

"Kalo kakak mau nangis, nangis aja. Abis itu lawan."

"Enggak ah, lemah."

"Nangis bukan karena lemah, tapi nangis itu puncak dari bahagia, sedih, dan segala rasa. Gak peduli mau itu perempuan atau laki-laki. Kakak nangis aja~ apa dede harus pergi dulu?"

Billar malah terdiam setelah mendengarkan celotehan Lesti. Kini keduanya tengah di atap sebuah restoran milenial, walah agak ramai tapi keduanya berada di ruang vip.

Billar menangis.

"Iya, nangis aja. Dede paham banget, gimana rasanya kita bilang a sementata pembenci di luaran sana bilang b, kita gak bisa maksain itu, ocehan jelek di luaran sana itu hantaman terbesar bagi kita sebagai seorang entertainer. Tapi, dari semua itu ... ada keluarga kita, ada teman dan sahabat kita, ada penggemar kita yang selalu setia untuk kita, yang sejalan dengan kita."

Billar menundukkan kepalanya, tangisnya terus mengalir, terisak penuh kepedihan. Lesti pun menghadapnya lalu berjongkok.

"Istigfar kak~"

"Astagfirullahalazim.."

"Dede kagum sama kakak, nangis ini nunjukkin bahwa segala luapan emosi kakak ini pengennya di luapin lewat emosi, tapi kakak lebih memilih nangis. Dede salut~"

"Tapi, kakak udah lemah di hadapan dede." Ujar Billar mendongak dengan tatapan sedu.

"Enggak, kakak gak lemah. Di sini bukan cuma ada dede, itu ada teh Yuli sama Eno, walah mereka gak denger."

Takdir Sesungguhnya | LESLAROnde histórias criam vida. Descubra agora