33 #Waktu&Perasaan

3.4K 249 30
                                    

"Kakak mau bilang apa? Bilang ayo~" ujar Lesti yang sedang bercermin merapihkan penampilannya.

"Sini kakak bantu~" ucap Billar membantu menalikan kerudung Lesti ke belakang. Seketika Billar terdiam menatap pantulan dirinya dan Lesti,
Ini kayak, suami yang lagi bantu istri. Kayak suami istri mau kondangan, terus karena buru-buru, si istri minta bantuan, haduuh halu! Malu-maluin~ batin Billar berasumsi.

"Kakak?"

"Eh, i-iya."

"Kenapa? Coba duduk dulu~"

Keduanya pun duduk bersebrangan, Billar sungguh dibuat salah tingkah, gugup, dan terus mengontrol emosi, napas, dan hatinya.

"Dede~"

"Iya kakak~"

"Dede mau gak, dilamar?"

"Huh? Apa? Ya mau~ tapi siapa yang mau lamar dede?"

"Jangan pesimis gitu dong~ ada kok yang mau lamar dede. Ini, kakak."

"Hah?!!"

"Haduh~ udah berapa orang yang tiap diajak ngomong, hah lagi hah lagi~ cape hamba. Mau gak? Kakak serius nih~"

"Tapi, kita lagi masih pengenalan, kita-"

"Kakak mau halalin dede." 

"Kakak, apa sih, jangan ngelantur ah, jangan becanda soal beginian, jangan-"

"Stop bilang kakak becanda, kakak gombal, kakak ini itu. Ini soal hati, soal doa yang selalu dipanjatkan. Mungkin saat ini udah waktunya.."

"Kakak???"

"Kakak mau lamar dede."

Lesti seketika bungkam, menatap Billar lamban, hingga setetes air mata pun turun, dibarengi bergetarnya bibir Lesti.

"Dede, kakak serius. Kita udah sebulan lebih saling mengenal. Kakak mau bahagiain dede lebih lama lagi, bukan setiap hari, tapi setiap jam, bahkan setiap detik."

"Kenapa? Siapa yang paksa kakak? Apa netizen? Temen-temen kakak? Siapa?"

"Jangan bahas hal lain. Gak ada yang paksa kakak, sama sekali gak ada. Ini jawaban atas doa-doa kakak."

"Kak ... tapi dede belum siap." Jawab Lesti dibarengi tangisnya.

Billar seketika runtuh, keberanian yang sudah dikumpulkannya seketika buyar.


.
.


"Dede udah buat kak Billar bener-bener sakit hati. Gak seharusnya dede bilang gitu! Tapi yang dede ucap, itu kenyataannya!" Celoteh Lesti dalam pelukan Yuli. Tangisnya sungguh membuat Yuli ingin menangis juga,
"Dede juga ada rasa ke kak Billar, tapi dede takut, dede takut kecewa lagi, takut kayak dulu lagi. Dede trauma, dede gak bisa! Itu yang dede pikirin tadi pas kak Billar ngomong mau halalin dede~"

"Sttt, dede kan pernah bilang ke teteh, udah buka hati lagi. Ini ada bang Billar yang Allah kirim sebagai pengganti, kenapa dede langsung memutuskan begitu?~ teteh ngerti banget perasaan dede. Tapi, menurut teteh, bang Billar itu yang terbaik yang dikasih Allah., ini bukan masalah waktu yang terlalu cepat, tapi ini tentang keseriusan. Coba dede pikirin lagi~"

"Iya teh, tapi dede beneran takut." Tangis Lesti sungguh memilukan.

"Jangan takut, jangan bilang gak bisa. Coba tanya hati dede, hati dede jauh lebih jujur."

"Enggak! Kak Billar sama dede itu beda! Kak Billar mana mau sama perempuan kayak dede! Anak kampung, jalan karirnya juga beda jauh sama kak Billar. Dede bukan tipe kak Billar!"

"Dede~ kalo dede bukan tipe bang Billar, kenapa dia sampe rela beraniin bilang gitu? Laki-laki tuh kalo udah sampe berani bilang hal serius, dia pasti udah yakinin diri. Dede, bismillah~ coba tanya hati dede lagi, hapus masa lalu."

"Teteh.." lirih Lesti dan memperat pelukannya.

.
.



Billar tidak pernah sependiam sekarang. Dunianya seakan hilang dengan harapan dan doa yang telah dipanjatkan yang terhempas begitu saja dengan singkat. Tidak pernah terbayang semua akan menjadi seperti ini.

Apa gua terlalu buru-buru? Tapi kan ini niat baik, jangan ditunda-tunda. Tapi, gua ditolak. Gua ditolak!~ batin Billar sungguh tak menyangka.

Untuk hal ini, Billar hanya bisa bicarakan dengan Ady, Harris, dan Ichal. Bahkan ketiga temannya ini tidak pernah menyangka Billar memeluk mereka dengan tangis patah hati.

Niat gua mau memantaskan diri, sempurnain agama gua, seketika sirna, batin Billar sungguh hancur.

Ya Allah., ilang banget mood, gak mau ngapa-ngapain, mau ngebusuk di kamar aja, tukas batin Billar. 

Lar, nyerah? Lar, perjuangannya udah gini aja? Coba benahi lagi, mungkin masih ada yang kurang, coba lebih pantaskan diri lagi. Lar, jangan cupu! Coba lagi! Billar jangan nyerah lu! sisi batin Billar yang positif pun muncul.



Sementara itu...

"Gua gak pernah liat Billar sekacau tadi, kita juga tau kan gimana dia sama hubungan percintaannya selama ini, gak sampe segininya." Ujar Harris.

"Bener banget, yang pasti gua sih nyimpulin~ dia udah naro rasa yakin bahwa Lesti itu bakal nerima dia, tapi realitanya jauh dari ekspektasi. Nyesek banget anjir." Sergah Ichal.

"Iya, kita-kita juga udah yakin banget bakal jadi. Eh kenyataannya, memilukan parah."

"Sekarang dia lagi ngapain coba? Ngunci diri sendiri di kamar, gak aktif sosmed udah berapa jam ini. Udah gila sih."

"Pasti Billar gak kasih tau nyokap atau pun kakaknya, gila tuh anak," tambah Harris.

"Kesel banget gua sama si Lesti. Gua paham dia masih trauma sama ucapan cowok, apalagi si Billar punya nama dan kota kelahiran yang sama kayak mantannya, makin ngingetin masa lalu aja tuh. Tapi, masa lalu ya udah itu udah hal lama yang gak perlu di up lagi. Sekarang, udah jelas-jelas ada Billar, lelaki yang bener-bener disediain Allah lebih baik dari mantannya yang dulu, si Billar lebih mateng pemikiran dan sikapnya. Tinggal si Lesti mau aja. Eh malah ditolak secepet itu. Greget gua." Oceh Ady. 

"Udahlah, sekarang kita finalnya gimana? Mau samperin Lesti?" Tanya Ichal.

"Enggak sekarang deh bang, pasti si Lesti juga lagi keadaan kacau." Jawab Harris. 

"Hahhh, ya udah~"




Hari-hari terus berganti, kabar tv pun tidak henti berkabar mengenai leslar.

Sudah dua hari, Billar terbaring di kasur. Setelah hari itu mengunci diri, akhirnya ketahuan oleh sang ibu, karena mendengar Billar yang batuk-batuk.

Untung saja Eno bisa mendobrak pintu kamar Billar.

"Eno, kenapa kamu biarin anak ibu ngurung diri?"

"Saya mana tau bu, terakhir si bos WA saya, ya bilangnya nginep di rumah bang Harris."

"Bu, Billar udah gak apa-apa ini, udah baikan."

"Tapi kamu pucat sekali nak, sebenarnya kamu kenapa? Pasti syuting terus, jadi kecapean.."

"Iya Billar syuting terus, jadi lupa makan sama tidur~ maafin Billar udah bikin ibu khawatir~"

"Ya Allah., nak~" ucap sang ibu mengusap kepala Billar penuh sayang.

Di lain tempat...

Lesti juga ternyata tengah sakit, dan mengejutkannya, Lesti selalu kedapatan oleh Yuli ataupun orangtuanya, mengigaukan nama Billar.

"Kakak~ kak Billar~~"

"Dede, istigfar sayang~ istigfar~" ujar sang ibu.

"Kenapa dede sampe  nolak nak Billar? Apa ada yang menghalangi dia?" Tanya ayah Lesti yang sungguh mendukung hubungan keduanya.

"Kakak~ dede mau dilamar kakak~" ucap Lesti dan setitik air mata jatuh dari ujung matanya. Keadaan Lesti sungguh setengah sadar, matanya tetap setia terpejam, namun mulutnya tidak henti menyebut nama Billar.




















Bersambung...

Takdir Sesungguhnya | LESLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang