Prolog

3.2K 246 52
                                    

💎Happy reading💎

Ketika senja mulai menyapa, terlihat Matahari bergerak ke arah barat dan sinarnya mulai terlihat berwarna jingga. Di tengah hiruk-pikuknya kota Jakarta, tampak seorang gadis berkulit putih dengan rambut sebahu yang diikat tengah menyeret kopernya dengan setengah hati. Sinar jingga Matahari membuatnya tersadar bahwa malam akan segera menyapa.

Dengan sisa-sisa kekuatan yang masih ada, digerakkan kakinya untuk berlari. Mencari sebuah rumah yang menjadi tujuan gadis desa itu menginjakkan kakinya di tanah Jakarta. Dia adalah Debi Tianba. Gadis cantik itu terlahir persis seperti namanya 'TIANBA' yang berarti perempuan yang hebat dan pemberani.

Ketika Matahari sudah benar-benar akan tenggelam. Debi memberhentikan langkahnya di depan sebuah rumah yang cukup besar dengan halaman luas yang ditumbuhi bermacam bunga.

Dengan tenaga yang sudah benar-benar terkuras, Debi memencet bel yang ditancapkan di tonggak pagar. Membuat Satpam yang bekerja di rumah itu terbangun dari mimpi indahnya.

Satpam itu tergesa-gesa membukakan pagar dan menginterogasi Debi dengan puluhan pertanyaan. Setelah begitu banyak pertanyaan beruntun yang diberikan Satpam, barulah Debi diperbolehkan masuk.

"Assalamualaikum!" Suara Debi terdengar lirih, mengetuk pintu rumah berlantai tiga itu dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih setia memegang koper.

"Waalaikumsallam!" Terdengar jawaban dari dalam bersamaan dengan langkah kaki menuju ke arah pintu.

"Debi!" pekik seorang perempuan cantik dengan rambut sedikit di atas pinggang yang merupakan sepupu Debi.

Namanya Gishela Intanasyifa, gadis periang, banyak bicara, dan perilakunya kadang suka kekanak-kanakan. Wajahnya yang imut itu cocok sekali dengan perilakunya yang kekanak-kanakan.

"Ayo masuk! Kenapa lama?" kata Gishela lagi, kemudian mengambil koper di tangan Debi dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.

Debi mengikuti Gishela dari belakang tanpa suara. Mengingat tenaganya sudah banyak terbuang membuatnya enggan untuk berbicara, bahkan untuk bernapas saja rasanya malas.

"Ma! Debi udah datang nih!" pekik Gishela memanggil Alin, mamanya.

Dengan langkah sedikit terburu-buru, Alin berjalan dari dapur ke ruang tengah untuk menemui Debi. Alin meninggalkan masakannya yang belum selesai. Alin menyuruh Ijah---Pembantu--- untuk melanjutkan pekerjaannya yang terbengkalai.

Wanita paruh baya dengan dua anak itu terlihat begitu senang saat keponakannya sudah sampai di rumah.

"Debiii! Tante kangen!" pekik Alin berlari ke arah Debi yang tengah merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Debi kembali mendudukkan tubuhnya yang benar-benar sudah kehabisan tenaga. Alin memeluk tubuh Debi yang basah karena keringat dengan sangat erat. Mencium pucuk kepala keponakannya ini dengan beribu rindu yang sudah lama tak terobati.

"Kenapa baru nyampe jam segini?" tanya Alin kepada Debi yang masih belum bersuara setelah mengucapkan salam tadi.

"Nyasar, Tan!" jawab Debi.

Ini pertama kalinya Debi menginjakkan kakinya lagi di rumah ini setelah sepuluh tahun. Terakhir Debi ke sini waktu dia masih berumur 6 tahun. Sekarang umur Debi sudah 16 tahun.

Unconditional Love [Complete]Where stories live. Discover now