Part 53||Truth

6.3K 354 52
                                    

Hallo guys!!

Micangurel kembali lagi akhirnya...

Pasti pada nunggu update ya, sorry update kali ini lama banget karena lagi sibuk banget sama tugas kuliah yang bejibun banyaknya 😞

Pengen banget update ky biasanya, tp gak bisa. Setiap mau ngetik part update selalu aja pikiran arahnya ke tugas melulu dan akhirnya gak konsen buat nulis next part.

Jujur aku juga gak mau bikin kalian kecewa dan nunggu" update makanya aku usahain banget untuk secepatnya update setelah semua tugas kuliah selesai.

Sekali lagi author minta maaf banget atas keterlambatan update 🙏

Makasih udah selalu dukung cerita ini dan author seneng banget baca komentar kalian di part sebelumnya, pada banyak yg nanya kapan updatenya.. akhirnya hari ini bisa update juga. Semoga kalian masih betah dengan cerita author yaa.. 😊

Btw, Jam berapa kalian baca part ini?

Happy Reading

Viona menatap pantulan wajahnya di lift, yang membawanya ke lantai tempat ruang kerja Sean. Sedari tadi pikiran Viona berkecamuk, sejak ia menemukan satu map yang berisikan tentangnya. Bukan. Viona tidak mempermasalahkan tentang data dirinya yang di dalam sana. Tapi—ada satu fakta yang Viona sama sekali tidak tahu dan—Sean mengetahuinya.

Viona baru tersadar dari pemikirannya ketika pintu lift telah terbuka. Rupanya ia telah sampai di lantai tempat ruang kerja Sean. Viona segera keluar, menuju ke ruang kerja Sean. Viona tidak melihat keberadaan Iren di meja kerjanya, namun Viona tidak menghiraukannya ia lebih memilih langsung masuk, lagipula Sean menyuruhnya untuk langsung masuk saja tidak perlu meminta izin terlebih dahulu.

Viona pun segera membuka pintu ruang kerja Sean, dan sebelum ia masuk terdengar suara Sean yang tengah berbicara serius melalui ponsel. Entah kenapa bukannya Viona masuk, ia justru lebih memilih berdiam diri dan mendengarkan pembicaraan Sean dari tempatnya berdiri.

Awalnya Viona sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Sean di sana, ia hanya mengira itu hanyalah pembicaraan masalah kerja. Sampai suatu pembicaraan yang menyebutkan namanya dan ayahnya. Membuat Viona semakin menajamkan pendengarannya.

"Aku tidak mau tahu dengan cara apa kau melakukannya."

"Lagipula bukti yang kita dapat juga cukup banyak, dan itu sudah bisa membuktikan jika Evan memang orangnya."

Bukti?

Viona mengernyitkan keningnya bingung. Apa yang sebenarnya Sean maksud. Pembicaraan Sean, ia dengarkan dengan baik-baik.

"Aku tidak mau tahu, dalam dua hari ini semuanya harus sudah selesai."

Dari yang Viona dengar, entah kenapa semuanya ada kaitannya dengan yang Viona temukan di map itu. Viona masih bingung, entah ia harus percaya dengan apa yang tertulis di dalam map atau ia harus percaya pada apa yang selama ini menjadi fakta.

"Vee.."

Viona tersentak ketika suara Sean menyadarkannya. Sean menatap Viona dengan dahi yang mengerut.

"Kenapa kau hanya berdiam diri disana, masuklah." ucap Sean seraya menghampiri Viona.

Viona pun segera masuk, dengan degub jantung yang berpacu cepat. Semoga saja Sean tidak menyadari jika Viona sedari tadi mendengar pembicaraan Sean.

Sean mencium kening Viona lembut, dan merengkuh tubuh Viona masuk ke dalam pelukannya. Sean menghirup aroma tubuh Viona yang selalu membuatnya mabuk kepayang. Sean menggelamkan wajahnya pada ceruk leher Viona. Sungguh, aroma tubuh Viona benar-benar membuatnya hilang kendali dan Viona seperti sebuah nikotin yang membuat Sean selalu kecanduan.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now