Part 52||Te amo

7.5K 441 92
                                    

Hallo guys!!

Gimana kabarnya nih?
Akhirnya kembali lagi untuk update cerita Sean dan Viona yeayy..

Udah pada kangen gak sama mereka berdua?

Maaf yaa baru bisa update, jadwal kuliah padet baget mana tugas bejibun_- ini aja masih bnyk, udah selesai yg satunya eh dateng lagi yg lain, gak kelar-kelar 🙃

Author juga udah pada kangen bgt sama mereka berdua dan kalian semua, jd mumpung ada cuti tanggal merah kemarin author langsung gercep ngetik 😂 author juga gak mau cepet" update disaat pikiran gak karuan mikirin tugas sana sini, takutnya ceritanya malah amburadul dan takut juga kalian gak dapet feel nya.. jd author update pelan-pelan tp pasti 😆

Sekali lagi maaf yaa telat banget update nya.. kemungkinan untuk update selanjutnya juga telat yaa.. so, sabar yaa author juga gak mau ky gini tp gimana lg semuanya bukan kemauan dari author..

Okayy semoga update kali ini bisa obatin rasa kangen kalian sama Sean dan Viona.. semoga kalian suka dengan part ini 😊

Jangan lupa untuk Vote and Comment...
Thank you❤❤

Happy Reading!!

****

Cahaya matahari mulai memasuki celah-celah kamar Viona, membuat ia menggeliat pelan. Ketika Viona ingin berbalik, ia merasa kesulitan karena seperti ada beban yang menindihnya. Viona mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia benar-benar membuka matanya.

Hal pertama yang Viona lihat adalah sebuah telapak tangan yang sedang menggenggam sebelah tangannya. Viona mengernyitkan keningnya bingung, siapa pemilik tangan itu namun Viona seperti mengenalnya dan apa ia masih dalam dunia mimpinya atau—halusinasinya saja.

Viona mencoba melepaskan tangannya tapi justru genggaman itu semakin erat. Tidak! Tidak! Viona tidak sedang bermimpi bukan? Dan—yang mengejutkan lagi terdengar suara geraman dari arah belakang tubuhnya. Viona bergedik ngeri. Jangan-jangan pemilik tangan yang sedang menggenggam tangannya adalah makluk halus. Sebelum pikirannya melayang jauh entah kemana, sebuah suara menyadarkannya.

"Diamlah Vee...aku masih mengantuk."

Deg

Suara itu. Suara yang sangat Viona rindukan, lebih tepatnya pemilik suara itu—Sean. Viona mencoba membalikkan tubuhnya perlahan dan—Viona baru menyadari jika beban yang menindih tubuhnya adalah sebuah tangan berotot, yang semakin membuat Viona yakin jika pemiliknya adalah—Sean.

Perlahan Viona membalikkan tubuhnya sampai ia menghadap ke wajah seseorang yang selama ini sangat-sangat Viona rindukan. Sudut matanya mengeluarkan air mata, ia masih tidak menyangka jika kini Sean berada dihadapannya.

Viona mengulurkan tangannya—menyentuh rahang tegas Sean dengan tangan yang bergetar. Hembusan napas Sean menyapu wajahnya—menyalurkan kehangatan. Viona mengelus lembut rahang Sean, Viona tidak tahu harus mengatakan apa. Ini semua seperti bunga tidur, rasanya ia tidak percaya jika kini yang berada dihadapannya adalah Sean.

Kedua mata tajam yang selalu menatapnya lembut kini perlahan terbuka. Sean menatap Viona yang kini tengah menatapnya juga. Sean tersenyum, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia sangat merindukan Viona. Seakan-akan rasa amarah juga kecewanya pada Viona, detik itu juga langsung hilang tak tersisa.

"Good morning, honey." sapa Sean, yang justru membuat Viona meneteskan air matanya.

"Don't cry honey, please." ucap Sean lembut seraya mengusap air mata Viona.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now