Part 37||Come back, please!

9.1K 511 45
                                    

Hallo guyss!!

Sean dan Viona hadir kembali...😊 yang pada nyangka kalo cerita ini berakhir pasti seneng akhirnya up lagi yaa gak? 😂

Tenang aja author gak bakal bikin cerita ini end dengan semudah itu apalagi kalo gantung gitu yaa... apalagi kalo harus sad ending haduh author gak mau 😂 Jadi kalian bisa tebak sendiri kan cerita ini bakal ending seperti apa? Iyaa gak?😉😅

Semoga kalian suka dengan part ini dan semoga kalian dpt feel nya yaa...

Jangan lupa untuk vote dan komennya...

Happy Reading!!

****

Setelah mendapatkan kabar akan kondisi Viona, Sean bergegas langsung kembali pulang. Rasanya Sean masih tidak percaya dengan ini semua. Viona nya telah pergi, Sean berharap ini semua hanya mimpi.

Sebuah helikopter telah menunggu Sean, ia pun segera menaikinya disusul Max dan Liam. Sean menatap nanar cahaya lampu kota Napoli. Semuanya terasa begitu cepat, Sean menyesali ini semua. Sean benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Viona.

"ARRRRGGGHHH!!.." erang Sean dengan tangan yang terkepal kuat memukul badan helikopter, melampiaskan segala amarahnya.

"Tenangkan dirimu, Sean." ucap Max menenangkan Sean yang tersulit emosi.

"Bagaimana aku bisa tenang, hah?! APA KAU BISA MEMBUAT VIONA KEMBALI PADAKU, HAH?!" ucap Sean dengan kedua tangannya yang sekarang mencengkram kerah baju Max. Membuat Max mengumpat dalam hati.

"Berdoalah, agar Viona masih bisa diselamatkan." ucap Max lirih disaat ucapan terakhirnya. Max pun tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan, namun Max sangat berharap. Ia tidak tega melihat sepupunya yang begitu kacau, tak pernah sebelumnya Sean seperti ini. Baru kali pertama ini Sean seperti lelaki yang terlihat begitu rapuh. Bahkan sorot matanya pun kosong, hanya ada segenang air mata yang terus mengalir. Max menahan sudut bibirnya yang akan tersenyum melihat sepupunya itu menangis, ck.. seperti bukan Sean saja.

"Tuan, sebaiknya saya obati dahulu luka anda." ucap Liam yang duduk disamping Sean. Sean pun hanya diam, dan tidak menolak. Bahkan Sean sampai lupa bagaimana rasa sakitnya terkena dua tusukan pisau. Namun Sean tidak peduli, hatinya bahkan jiwanya lebih terasa sakit saat harus menerima kenyataan pahit ini.

Hanya membutuhkan waktu tidak lebih setengah jam, akhirnya helikopter yang ditumpangi Sean pun kini telah mendarat di rooftop Rumah Sakit. Sean segera turun dengan kaki yang terasa lemah. Tangannya bahkan sampai dingin, jejak air mata pun masih terlihat di wajahnya. Sean langsung memasuki lift diikuti Max dan Liam, Liam menekan angka yang langsung menuju ke lantai ruang inap Viona. Sean memejamkan matanya, tak dapat dipungkiri ia begitu gugup dan dadanya terasa sesak sekali. Sean mengusap air matanya yang lagi-lagi keluar. Max hanya bisa menepuk punggung tegap Sean, memberikan kekuatan padanya.

Ting

Saat lift terbuka di depan ruang inap Viona terlihat kedua orang tua Sean dengan Liana yang menangis dipelukan Jack suaminya. Juga ada Alex yang duduk dengan kepala yang menunduk dan Martin yang terduduk di lantai dengan frustasi. Semua itu, menggambarkan seakan semuanya terasa nyata.

TIDAK!

Semua itu tidak benar!

Viona nya masih hidup!

Viona nya tidak pergi! TIDAK!!

Kedua tangan Sean terkepal kuat, dengan langkah yang pasti ia segera menuju ruang inap Viona. Memastikan jika semua itu tidak benar. Sorot mata tajamnya yang seakan siap menghunus siapapun yang menghalangi jalannya. Liam dan Max mengikuti dibelakang Sean.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now