Part 13||Is He Jealous?

16.4K 783 10
                                    

Haii Guyss akhirnya aku bisa update lagi, yang kangen sama Sean dan Viona mana nih suaranya...

Sebelum baca jangan lupa yaa untuk vote dengan cara klik bintang di pojok kiri bawah yaa.. makasih guyss...

Semoga part kali ini kalian suka yaaa... aku tunggu ni yaa kometar dari kalian..

Happy Reading!!

******

"Dasar pria menyebalkan, awas saja suatu saat aku akan membalasmu!!" ucap Viona kesal. Ia pun segera masuk kedalam lift. Viona butuh ketenangan,apalagi dari gangguan Sean. Viona pun melangkahkan kakinya keluar dari kantor Sean. Sekarang yang ia butuhkan hanya tempat ternyaman,untuk mendinginkan otaknya yang berasap.

Viona pun mengedarkan pandangan melihat-lihat sekitar. Pandangannya tertuju pada sebuah cafeteria.

"hmm sepertinya tepat yang cocok untuk bersantai." Monolong Viona seorang diri.

Vionapun segera menuju cafeteria itu yang berada di seberang jalan. Tanpa Viona sadari sejak ia keluar dari kantor Sean ada seseorang yang mengamatinya. Saat Viona memasuki cafeteria, memang suasananya masih sepi karena masih pagi. Tapi itu tidak masalah bagi Viona, malah ia suka karena sekarang yang ia butuhkan adalah ketenangan. Viona memilih duduk di dekat dinding kaca menghadap ke arah jalan sambil menikmati minumannya coffe cappuccino.

Viona menerka ulang kejadian yang beberapa hari ini ia alami. Ia masih tidak menyangka ayahnya sebegitu tega padanya. Semenjak kepergian ibunya semua berubah drastis, kehidupan yang awalnya seindah pelangi kini berubah menjadi hujan. Viona pun hanya bisa menghela napas lelah. Belum lagi kejadian akhir-akhir ini yang ia alami. Ia bertemu dengan pria arrogant ckk semakin membuatnya muak saja. Tapi jika tidak ada Sean, hidupnya mungkin akan terjerat dalam lembah kepahitan. Entahlah ia bingung, disatu sisi ia sangat bersyukur bertemu dengan Sean namun ia juga kesal, kenapa yang harus menolongnya itu pria yang arrogant dan... Aishhh sudahlah memikirkannya saja membuat Viona naik darah.

"Aku sudah menemukannya" ucapnya pada seseorang yang ia telpon dengan sudut bibir terangkat, lelaki itu segera memasukkan telepon genggamnya ke dalam saku celana tanpa melepaskan pandangannya dari Viona. Viona tidak menyadari jika ia sedang di perhatikan, ia terlalu asik dengan pemikarannya.

"Haii!!" sapa seorang lelaki membuat Viona terkejut. Viona pun segera menatap orang yang menyapanya. Ia menengok ke sana kemari memastikan jika seorang lelaki itu sedang menyapanya bukan orang lain.

"Haii!! Ya kau nona." Ucap lelaki itu lagi dengan senyuman yang mengembang menghiasi wajah tampannya.

"A-aku." Ucap Viona yang kebingungan.

"Iya anda nona." Ucap pria tersebut masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Boleh aku duduk di sini." ucap pria itu lagi sambil menunjuk kursi kosong di depan Viona.

"A-ahh i-yaa." Ucap Viona terbata-bata dengan senyuman canggungnya.

"Terimakasih." Ucap lelaki itu yang dibalas Viona dengan anggukkan kepala.

Viona pun menjadi merasa canggung dengan suasana itu. Ia pun kembali menatap ke samping ke arah jalanan memperhatikan lalu lintas kota padat itu.

"ehmm.." suara lelaki itu membuat Viona melirik ke arah lelaki itu.

"Ahh iya kita belum berkenalan, namaku Martin Luther." Ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangannya. Viona pun menyambut uluran tangan tersebut.

"Viona." ucap Viona memperkenalkan namanya.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now