Part 39||Jealous

9.6K 495 24
                                    

Hallo guys ketemu lagi sama Sean dan Viona nih 😆

Pada penasaran gak nih sama kelanjutan cerita dari Sean dan Viona?

Sebelum baca aku mau nanya beberapa hal guys..

Selama kalian baca cerita The Psychopath Prince dari part awal sampe sekarang ini, perasaan kalian gimana? Menurut kalian cerita ini itu gimana?

Terus kalo ada kekurangan dari cerita Sean dan Viona, sampaikan aja yaa.. dengan senang hati nerima pendapat dari kalian semua😊

Okay jangan lupa untuk vote dan comment yaa ❤

Happy Reading!!!

****

"Sean.... aku mau makan itu.." rengek Viona yang sudah seperti anak kecil dengan tangan Viona menunjuk-nunjuk televisi yang menayangkan acara makan-makan.

"Tidak! Kau tidak boleh memakan makanan itu, kau masih sakit Viona." ucap Sean memberikan penjelasan agar Viona mau mengerti.

"Aku sudah sembuh, Sean... please... boleh yaa?" tanya Viona dengan tangan yang menyatu memohon pada Sean berharap lelaki itu memperbolehkan Viona. Sean menghela napas panjang, Viona menatap Sean dengan penuh harap dan Viona tersenyum manis agar hati Sean mau luluh padanya.

Damn!! Sean tidak kuat dengan senyuman yang diberikan Viona. Bagaimana Sean bisa menolak, jika Viona begitu menggemaskan seperti ini. Sean pun tersenyum hangat, membuat binar dimata Viona muncul karena ia berhasil. Namun.....

"Tidak! Tetap saja tidak boleh!" ucap Sean dengan tegas dan menyiratkan tidak ada bantahan apapun. Seketika senyum Viona luntur, Viona mendengus kesal.

"Kau boleh meminta yang lain, asalkan selain makanan itu." ucap Sean.

"Iiissshhh kau menyebalkan!" ucap Viona kesal. Viona mengerucutkan bibirnya dan ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sean menghela napas panjang melihat Viona sedang marah padanya karena permintaan Viona yang tidak Sean turuti.

Sebenarnya bukan Sean tidak mau, tapi Viona masih dalam tahap pemulihan dan ia belum sembuh total. Sean hanya tidak ingin kondisi Viona semakin memburuk.

"Viona.." panggil Sean dengan tangan yang ingin mengusap puncak kepala Viona, namun Viona segera menepisnya. Viona masih tidak mau menatap Sean, ia begitu kesal dengan Sean karena lelaki itu melarangnya. Padahalkan Viona hanya meminta untuk dibuatkan mie instan saja. Tapi Sean tidak mau dengan alasan ia masih sakit. Apa-apaan itu, Viona merasa ia sudah sembuh dan tidak sakit lagi. Lagipula itu hanya mie instan tidak akan membuatnya mati. Jika saja Viona kuat berjalan sendiri, ia akan memasak sendiri tidak perlu meminta pada Sean.

Sean meringis saat sentuhannya ditolak Viona. Sean mengusap wajahnya kasar, ia tidak bisa melihat Viona marah padanya. Sean benci itu, namun bagaimana lagi jika Sean tidak seperti itu maka bisa saja kondisi Viona akan memburuk.

Drrrtttt

Drrrtttt

Ponsel Sean bergetar di atas nakas, panggilan masuk terlihat dari layar ponselnya. Sean pun segera mengambilnya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengangkat telpon dulu." ucap Sean pada Viona, namun Viona tak menghiraukannya membuat Sean menatapnya gusar. Viona nya benar-benar marah padanya. Sean pun segera keluar, karena ponselnya terus bergetar.

Viona baru mengalihkan pandangannya saat terdengar suara pintu yang baru saja ditutup. Viona menghela napas lega, sebenarnya ia tidak tega sampai harus mengabaikan Sean. Namun, Viona sudah terlanjur kesal pada Sean. Viona terkekik geli membayangkan bagaimana ekspresi Sean saat ia dengan sengaja menepis tangan Sean. Yaaa sekali-kali seorang Sean yang arogant dengan sikap bossy nya harus diperlakukan seperti itu. Lagipula kapan lagi Viona bisa mengerjai lelaki itu. Anggap saja itu sebagai balasan dari kelakuan Sean yang selalu membuat Viona kesal dan membuat jantungnya tidak karuaan.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now