Part 9||Just Friends?

18.6K 1K 16
                                    

Hallo akhirnya mican update lagi yuk sebelum baca vote dulu yaa tekan 🌟 di pojok kiri bawah yaa makasihh...
Jangan lupa ramaikan part ini dengan komentar kalian.

Happy reading!!

******

"Astaga Sean. Ini hanya luka biasa. Uhh ayolah kau tak usah berlebihan." Ucap Viona kesal karena sejak tadi Sean keras kepala ingin membawa Viona ke rumah sakit, hanya karena bekas luka goresan di sekujur tangannya saja. Ooh ayolah pria ini ternyata memiliki sifat berlebihan, huh.

"Luka biasa katamu? Seperti ini kau sebut luka biasa, hm?" tanya Sean sambil menunjuk setiap luka yang ada di tangan Viona. Viona pun hanya memutar matanya dengan jengah.

Viona hanya menghembuskan nafas lelah. Viona sudah lelah sejak tadi berdebat dengan Sean. Viona sudah mencoba menjelaskan namun Sean tetap saja bersikeras membawanya ke rumah sakit, uhh sungguh berlebihan batin Viona.

"Sean aku tidak apa-apa. Luka seperti ini tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit, hanya di oleskan salep bekas luka saja ini sudah hilang Sean." Ucap Viona jengah dengan kelakuan Sean yang tiba-tiba saja membuatnya bingung. Apa Sean sebegitu mengkhawatirkannya? Tapi kenapa? Dan untuk apa Sean mengkhawatirkannya, karena ia bukan siapa-siapa Sean melainkan hanya orang asing. Viona tak habis pikir dengan sifat Sean yang satu ini.

"Oke, jika kau tak mau aku bawa ke rumah sakit maka aku akan panggilkan dokter kemari." ucap Sean seketika membuat Viona tercengang. Ooh astaga itu sama saja, sama-sama berurusan dengan dokter. Viona tak habis pikir baru luka seperti ini saja sudah di bawa ke rumah sakit apa lagi luka sebuah tembakan bisa-bisa semua dokter terbaik di dunia ini didatangkan oleh Sean. Viona yang sudah jengah berdebat dengan Sean pun hanya pasrah. Percuma saja ia bersikeras menolak tidak ada gunanya.

"Liam cepat panggilkan dokter Darren kemari." Perintah Sean dengan nada berwibawa yang tak bisa terbantahkan. Liam yang memang sejak perdebatan tadi telah berada di ruang makan pun segera melaksanakan perintah Sean.

"Baik Sir." Ucap Liam yang sambil menunduk hormat lalu meinggalkan ruangan makan yang hanya menyisakan Viona dan Sean.

"Apa kau marah?" tanya Sean, karena sejak ia memutuskan memangilkan dokter pribadinya kemari Viona tidak lagi mencengahnya jadi Sean pikir Viona marah padanya.

"Tidak." Jawab Viona singkat dengan wajah yang masih memandang ke arah lain. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan, hanya kesunyian yang menyelimuti suasana di ruang makan. Viona yang masih kesal dengan Sean hanya diam dengan pemikirannya yang masih bingung dengan semua sikap Sean.

"Tuan, dokter Darren sudah datang." Ucap Liam membuat pemikiran Viona teralihkan. Sean pun segera berdiri sambil menjulurkan tangan kanannya ke Viona yang membuat Viona bingung sambil menatap ke arah tangan Sean.

"Ayo." Ajak Sean lagi membuyarkan lamunan Viona. Viona pun segera bangkit berdiri dan menerima uluran tangan Sean. Astaga saat Viona menyentuh telapak tangan Sean sungguh kenapa hatinya berdegub dengan kencang. Membuat Viona jadi gugup dan jangan lupakan Viona merasa pipinya terasa seperti kepiting rebus. Viona pun tidak berani menatap wajah Sean ia hanya menundukkan kepalanya. Viona bisa malu jika ia ketahuan pipinya sedang merona. Viona tidak menyangka hanya dengan diperlakukan seperti ini bisa berdampak buruk baginya, bisa-bisa ia setiap hari senam jantung. Sean yang nampak acuh pun langsung berjalan sambil menggenggam tangan Viona menuju ruang keluarga sebelah barat yang disana sudah ada dokter Darren yang menunggu.

 Sean yang nampak acuh pun langsung berjalan sambil menggenggam tangan Viona menuju ruang keluarga sebelah barat yang disana sudah ada dokter Darren yang menunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now