Part 26||I'm promise

9.2K 516 11
                                    

Update update!!

Menurut kalian makin lama kelamaan part lanjutan cerita ini menarik gak sih? Atau membosankan gitu? Kasih tau dong aku mau tau reaspon kalian..

Ayukk vote nya yaa dengan cara klik bintang di pojok kiri bawah dan jangan lupa untuk komen, aku tunggu lo notif dari kalian yaa..

Happy reading!!

****

Semenjak kejadian malam itu Sean dan Viona saling tidak berbicara. Tiba-tiba saja Sean bungkam saat ditanya tentang apa maksud dari yang ia ucapkan itu. Sejak itu Sean tidak ada membuka suara lagi membuat Viona juga enggan memulai pembicaraan.

Saat ini Viona sedang bersiap-siap, karena mereka berdua akan pulang ke mansion orang tua Sean. Viona tahu kabar jika mereka berdua akan pulang karena diberitahu oleh pelayan villa yang menyuruhnya bersiap untuk pulang, itupun pelayan hanya menyampaikan pesan dari Sean. Viona heran kenapa tidak Sean saja yang bilang padanya secara langsung, tapi ia justru menyuruh pelayan. Entahlah Viona bingung dengan sikap Sean yang berubah seperti itu.

"Huh, padahalkan aku masih ingin disini. Menyebalkan sekali pria itu." Gerutu Viona dengan kesal.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu kamar Viona terdengar membuat ia menghentikan gerakan menyisir rambutnya.

Ceklek

"Iya ada apa?" tanya Viona kepada pelayan yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Maaf mengganggu nona, anda sudah ditunggu Tuan Sean di bawah." Ucap pelayan itu dengan hormat.

"Baiklah sebentar lagi aku akan turun ke bawah." Ucap Viona dengan senyum ramahnya. Setelah itu pelayan pun pergi dan Viona pun segera memoleskan bedak ke wajahnya dan liptint berwarna pink, membuat penampilan Viona selalu terkesan elegant dan manis. Viona pun segera keluar dan turun ke bawah menemui pria menyebalkan itu.

"Kau atur semuanya Liam." Ucap Sean pada seorang yang sedang diteleponnya.

Viona masih mengamati Sean yang sedang berbicara serius dengan ponsel genggamnya. Sepertinya Sean belum menyadari kehadiran Viona. Viona pun melangkahkan kakinya dengan pelan saat menuruni anak tangga. Saat ia sudah sampai baru Sean membalikkan badannya dan mata mereka saling bertemu.

"Baiklah, aku akan menghubungimu lagi." Ucap Sean yang masih menatap Viona dengan raut wajah yang entahlah sangat sulit diartikan. Setelah mengucapkan itu sambungan telepon pun putus. Sean menghampiri Viona yang masih diam berdiri sambil menatapnya. Seketika jantung Viona berdegub dengan kencang saat Sean melangkahkan kaki menghampirinya.

Sean pun berhenti tepat didepan Viona, Viona pun hanya berani mendongakkan kepalanya menatap Sean. Karena tinggi tubuh Viona hanya sebatas bahu Sean.

"Kau sudah siap?" tanya Sean dengan datar.

"Ehm.. i-ya." Jawab Viona gugup. Viona serasa sulit sekali bernafas.

"Pastikan tidak ada yang tertinggal." Ucap Sean yang setelah itu pergi meninggalkan Viona dan menuju pintu utama. Seketika Viona cengo dengan ini semua.

"What? Ada apa dengannya. Pergi meninggalkan ku begitu saja, huh. Apalagi nada bicaranya datar sekali." Gerutu Viona dengan kesal. Viona pun segera menyusul Sean dengan kaki yang ia hentak-hentakan. Lama kelamaan sikap Sean sangat aneh juga menyebalkan dan sangat dingin sekali tidak tersentuh. Sabar Viona sabar, batin Viona.

Saat Viona keluar dari villa ia melihat Sean yang sudah duduk manis di balik kemudi mobil lamborghini nya. Oh satu lagi selain memiliki sikap yang berubah-ubah Sean suka sekali bergonta-ganti mobil. Entahlah ini sudah mobil yang keberapa ia berganti. Begitulah cara orang kaya menghabiskan uangnya, tak tanggung-tanggung.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now