Part 19|| Beautiful Night

15.6K 759 10
                                    

Hai update lagi nih.. pada kangen gak sih sama Sean Viona?

Setelah baca jangan lupa yaa di Vote ceritanya. Aku butuh banget dukungan dari kalian tentang cerita aku dengan cara Vote.

Kalau ditanya-tanya kalian suka gak sih sama cerita aku? nah mangkanya gini kalo kalian suka vote dungsss, karena 1 vote aja dari kalian itu berpengaruh banget sama semangkat aku update.

Sebenernya sih pembaca nya meningkat banget cuman aku bingungnya yang baca itu suka apa gak sih soalnya jumlah pembaca sama vote itu gak sebanding banget, mangkanya aku bingung kalian itu sebenernya suka apa gak sih sama cerita aku? so Please... Vote nya yaa... Makasih..

Happy Reading!!

****

Dokter Darren sahabat Sean pun segera memeriksa kondisi Viona. Mata Sean tak lepas dari Viona. Sean menatap Viona dengan khawatir. Rasanya ia seperti tertusuk di ulu hati nya,membuat sakit di hati Sean menjadi-jadi. Sean tidak tahu mengapa rasanya sesakit ini melihat kondisi Viona yang lemah. Jantung nya berpacu kencang, apalagi saat Darren menyuntikkan cairan yang entah apa itu ke dalam tubuh Viona. Membuat Sean meringis seakan-akan merasakan sakitnya terkena suntik jarum,padahal disana Viona masih menutup matanya dengan damai.

"Sean ini obat-obatnya, dan tadi aku sudah menyuntikkan obat penenang." Ucap Darren dengan raut wajah serius. Sean mengernyitkan dahi nya saat Darren mengucapkan kata terakhirnya. Darren yang menyadari kebingungan Sean pun menjelaskan.

"Viona mengalami depresi ringan." Jelas Darren yang membuat Sean terkejut. Sean merasa selama ini kondisi Viona baik-baik saja, bagaimana Viona bisa mengalami depresi.

"Apa Viona akhir-akhir ini terlihat murung atau tingkahnya seperti berbeda?" tanya Darren.

"Tidak. Viona baik-baik saja, ia juga bersikap biasa saja." Jelas Sean yang menatap Darren bingung.

"Sebaiknya kita tunggu sampai Viona bangun, mungkin ia mau bercerita." Ucap Darren, Sean menganggukkan kepalaya setuju.

"Berapa lama lagi Viona bisa sadar." Tanya Sean.

"Mungkin 30 menit lagi atau paling lama 1 jam, ia sudah tidak pinsan lagi hanya tertidur." Jelas Darren membuat Sean mengangguk mengerti.

"Lalu bagaimana dengan lukanya?" tanya Sean dengan nada khawatir namun sebisa mungkin ia menutupinya.

"Hanya perlu ganti perban setiap sehabis mandi, kau bisa menyuruh pelayan melakukannya jika Viona kesulitan." Jelas Darren.

"Ah ya dan jangan lupa untuk menyuruh Viona meminum obatnya, sudah ku letakkan di atas nakas."

"Kau yakin ia tidak apa-apa?" tanya Sean memastikan lagi.

"Selama aku periksa tidak ada luka parah, tapi entahlah dengan kondisi mentalnya. Karena ia depresi, kau harus membuatnya sebisa mungkin tidak merenung larut dalam kesedihan." Jelas Darren kepada Sean dengan mata Sean yang masih belum lepas dari Viona membuat Darren tersenyum melihat sikap Sean yang berbeda dari biasanya. Yaa seperti bukan Sean yang saat ini Darren lihat.

"Kalau begitu aku harus pergi karena ada jadwal operasi." Ucap Darren yang membuat Sean melepaskan tatapannya dari Viona. Sean pun menganggukkan kepalanya. Darren pun segera pergi namun sebelum sampai di pintu ia mendengar suara Sean membuat ia menghentikan langkahnya.

"Terima kasih." Ucap Sean dengan tulus. Darren pun sempat mengernyitkan keningnya namun setelah itu ia mengucapkan.

"Yaa tak masalah." Ucap Darren santai. Namun sebelum Darren pergi ia mengatakan..

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang