Part 18||Apprehensive

11.8K 652 8
                                    

Happy Reading!!

****

Viona tau maksud kalimat itu, pikirannya langsung menuju pada satu orang yang selama ini ia hindari dan panggilan itu membuat Viona semakin yakin jika pengirim surat itu ialah ayah nya. Tubuh Viona masih gemetar dengan surat yang masih ditangannya. Viona segera meneliti sekitar café pandangannya menyapu setiap pengunjung, namun nihil ia tidak menemukan sosok dibalik surat ini. Viona pun segera bangkit dari kursinya dan segera keluar dari café itu. Ia merasa tidak nyaman lagi berada di café itu, ia seperti di awasi namun saat Viona mengedarkan pandangannya ia tidak menemukan siapa-siapa yang mencurigakan.

Viona segera keluar dari café dan ia melihat Farhan sedang berdidi di sisi mobil yang mengantarnya tadi. Farhan yang melihat Viona seperti orang ketakutan pun segera menghampirinya.

"Viona kau kenapa? Apa ada yang menyakitimu?" tanya Farhan khawatir.

"Ti-dak.. aku ingin pulang." Ucap Viona gugup dan langsung masuk ke mobil begitu saja tanpa mempedulikan Farhan yang bingung. Farhan merasa aneh dengan Viona, ia yakin pasti terjadi sesuatu dengan Viona. Farhan akan melaporkan kepada Tuan Sean tentang ini. Farhan pun segera melaju kan mobilnya meninggalkan café itu. Dibelakang kemudi, sedari tadi Viona hanya menatap kaca jendela dengan pandangan kosong. Farhan yang melihat itu dari kaca belakang mobil semakin yakin jika terjadi sesuatu yang tidak beres.

Tidak lama kemudian mereka telah sampai di mansion Sean. Farhan segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Viona.

"Terimakasih." Ucap Viona singkat dan langsung masuk ke dalam mansion dengan sedikit tergesa tanpa melihat sekitar. Farhan pun dengan segera melaporkan kejadian tadi kepada Sean.

Viona segera masuk ke dalam kamar nya dengan takut. Nafasnya memburu seperti sehabis lari marathon. Ia terduduk dengan punggung yang bersandar di kasur. Ia menangis ketakutan, raut wajahnya benar-benar kacau. Ia melihat sekitar dengan cemas, Viona merasa seperti di awasi dan terancam. Entah hanya firasatnya yang kalut karena takut dengan kejadian tadi. Viona merasakan pusing yang mendera di kepalanya. Ia menekuk lututnya dan berpeluk pada kedua lututnya dengan takut. Tangis Viona sudah membanjiri wajahnya yang cantik. Semakin lama Viona merasa seperti takut dan tubuhnya sudah bergetar hebat.

"Hah hah hah... aarrggghhhh..." teriak Viona kencang sambil mencengkram rambutnya dengan erat. Jika dilihat sekarang Viona benar-benar seperti orang depresi.

Prang!

Pelayan yang sedang membersihkan disekitar kamar Viona terkejut mendengar seperti ada barang pecah. Pelayan itu pun mengahampiri kamar Viona dan mengetuk pintunya.

Tok Tok Tok

"Nona Viona apa anda baik-baik saja?" tanya pelayan itu dari luar. Namun bukannya jawaban yang diterima pelayan itu melainkan suara benda pecah.

Prrang

Prrang

Brrakk

"Nona... Nona Viona.. Nona.." panggil pelayan itu dengan cemas namun tak ada jawaban dari pemilik kamar. Pelayan itu mencoba membuka pintu kamar namun terkunci. Pelayan itu pun segera turun ke bawah meminta bantuan para pelayan lain dan penjaga.

Di dalam kamar suasana kamar Viona sangat berantakan, banyak barang-barang berserakan dan kaca rias yang pecah. Tak jauh dari suasana kamar yang kacau kondisi Viona pun juga tak kalah kacau. Bahkan tangan dan kakinya tergores terkena serpihan kaca yang pecah. Darah mengalir dari tangan dan kaki Viona namun Viona tak peduli dan tak merasakan sakit. Viona terus-terusan meracau dan kadang mengerah frustasi.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang