Part 29||Ginger Bear

9.2K 517 31
                                    

Hai guys!! Semoga kalian suka dengan part kali ini yaa...

Jangan lupa untuk vote dan komennya yaa setiap vote dan komen sangat berarti banget buat aku apalagi untuk next part cerita ini, makasih😊

Btw makasih untuk vote dan komen di part 28 kemarin yaa, author seneng banget ngeliat respond kalian itu bagus bikin seneng gitu 😆💙

Happy Reading!!!

*****

"Viona.." lirih Sean, suaranya seakan tercekat ketika melihat kondisi Viona. Sean segera menghampiri Viona yang terduduk di lantai dengan tubuh yang basah. Sean pun mematikan shower.

"Viona.. kau baik-baik saja?" tanya Sean khawatir melihat Viona yang terduduk lemas dengan mata yang terpejam. Sean segera mengangkat tubuh Viona tanpa memikirkan jika baju kerjanya akan terkena basah juga. Sean menggendong Viona ala bridal style. Sean melihat ke wajah Viona yang begitu pucat, belum lagi tubuhnya begitu dingin sekali. Pasti sudah berjam-jam Viona berada di dalam kamar mandi. Sean meletakkan Viona ke kasur dengan hati-hati. Setelah itu ia bergegas keluar dari kamar.

"Kau cepat ke kamar Viona dan gantikan bajunya." Perintah Sean dengan nada tinggi. Pelayan itu pun segera menuju ke kamar Viona, ia tidak ingin bertanya apa-apa walaupun ia juga penasaran. Apalagi melihat wajah Tuannya yang begitu menyeramkan membuat ia tak ingin membantah ataupun banyak bertanya.

"Darren cepat kau datang ke mansion ku!" perintah Sean.

"Ada apa? Ap-.." belum sempat Darren menyelesaikan ucapannya Sean terlebih dahulu memotongnya.

"Jika dalam waktu 10 menit kau tidak datang ke rumah ku. Akan ku tutup rumah sakitmu!" ucap Sean dengan penuh emosi dan setelah itu ia langsung memutuskan sambungan telponnya.

Setelah pelayan selesai mengganti baju Viona yang basah, Sean segera masuk ke kamar Viona. Sean mengeram marah, ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Sean mendekati Viona yang terbaring lemah di kasur dengan wajah yang pucat pasi. Sean pun duduk di pinggir kasur dengan tangannya yang menggenggam tangan Viona yang begitu dingin.

"Ku mohon Viona buka matamu." Lirih Sean.

"Jangan membuatku tersiksa seperti ini." ucap Sean sambil mengecup tangan Viona. Hati Sean begitu teriris melihat Viona yang terbaring lemah seperti ini. Sean tidak tega jika Viona merasakan sakit seperti ini seorang diri.

Brakk

Suara pintu yang dibuka dengan keras membuat Sean mengalihkan tatapannya dari Viona ke arah seorang yang berdiri ditengah pintu dengan nafas memburu.

"Apa aku terlambat?" tanya Darren dengan cengirannya membuat Sean ingin rasanya meninju wajah menyebalkan Darren.

"10 detik lagi rumah sakitmu bukan milikmu lagi." Jawab Sean dingin.

"Yaahh syukurnya itu tidak terjadi dan ak-.." belum sempat Darren menyelesaikan ucapannya suara bass Sean sudah menggema terlebih dahulu.

"Jangan banyak bicara! Cepat kau periksa Viona!" ucap Sean dengan suara yang keras membuat Darren menelan salivanya yang terasa sangat sulit sekali.

"Oke tenang dude." Ucap Darren disertai cengirannya dan wajah yang tak merasa bersalah, namun dalam hatinya Darren mengumpat kesal kepada Sean.

Darren pun mulai memeriksa kondisi Viona dan Sean yang sejak tadi memperhatikannya tak lepas sedikitpun membuat Darren sedikit grogi. Karena tatapan Sean begitu tajam seperti belati yang siap menyayat siapa saja, seolah-olah Sean siap mengelupas kulit Darren jika ia salah sedikit bertindak.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant