Part 55||The Secrets Were Revealed (2)

8K 404 67
                                    

Hallo guys!!

Akhirnya update yeay!!

Sedikit cerita pasti kalian bingung kenapa judul part ini masih sama kek judul sebelumnya. Jadi gini awalnya memang update ini adalah part ending tapi karna banyak banget yg diketik jadi aku bikin 2 part aja. So, setelah part ini adalah part ending 😆 dan part ending udah selesai aku ketik tinggal di up aja guys..

Aku mau kasih tantangan buat kalian, karena part ending udah selesai aku ketik. Jadi tantangannya, 100+ vote dan komentar sebanyak banyak nya akan langsung aku up part ENDING.. gimana? Pasti bisa dong 😂 ayokk tekan 🌟 di pojok kiri bawah yaa 😉

Happy Reading!!

****

Sean duduk dengan gusar, pikiran dan hatinya sangat tidak tenang. Bahkan dari awal rapat dimulai ia sama sekali tidak bisa fokus. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Viona, wanita yang ia cintai, wanita yang mampu membuat hatinya luluh dan perlahan hidupnya mulai berubah, kehidupannya jauh lebih berwarna ketika Viona masuk ke dalam kehidupannya.

"Mr. Reynolds bagaimana dengan tanggapan anda mengenai proyek pembangunan hotel di Dubai?" tanya seorang yang sedang mempresentasikan hasil laporannya.

Beberapa detik belum ada jawaban, membuat pria yang berdiri di podium kembali bersuara.

"Mr. Reynolds bagaimana? apa ada tanggapan?"

Kini semua orang menatap Sean yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan pandangan kosong. Semua orang di dalam ruangan rapat tampak heran melihat pemimpin perusahaan tengah melamun.

"Sir, apa anda baik-baik saja?" tanya Iren yang duduk di dekat Sean, namun suara Iren pun tidak kunjung menyadarkan Sean.

Liam yang duduk disebelah Sean pun juga mencoba menyadarkan Sean. Seketika membuat Sean mengerjap, Sean menghela napas kasar ketika menyadari apa yang telah ia lakukan. Sean mengusap wajahnya, sebelum ia berdiri membuat semua perhatian mengarah pada Sean.

"Maaf saya harus pergi meninggalkan rapat. Kalian lanjutkan saja rapatnya, saya serahkan semuanya pada asisten saya Liam dan sekertaris saya Iren. Kalau begitu saya permisi." ucap Sean lalu segera meninggalkan ruangan rapat dengan langkah lebarnya.

Sekarang yang Sean butuhkan hanya ketenangan dan ia sangat merindukan Viona. Setelah sampai di ruang kerjanya, Sean segera menghubungi Viona. Namun beberapa kali ia menghubungi, Viona tidak kunjung mengangkatnya membuat Sean khawatir. Akhirnya Sean segera menelpon ke telepon mansion dan tidak lama kemudian panggilan terhubung.

"Apa Viona baik-baik saja?" tanya Sean langsung. Beberapa detik belum terdengar jawaban dari pelayan membuat Sean geram.

"Katakan bagaimana keadaan Viona?!" tanya ulang Sean.

"Apa! Bagaimana bisa sampai Viona seperti itu? Apa yang terjadi selama aku tidak ada?!" Seketika Sean langsung diliputi rasa amarah ketika mendengar jawaban dari pelayan.

"Sekarang ia ada dimana?!" tanya Sean geram. Sean menghela napas kasar, setelah akhirnya ia menutup panggilan itu.

Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat menahan emosi yang rasanya ingin meledak. Bagaimana tidak ia marah? Pelayan mansion mengatakan jika Viona terlihat menangis dan lagi yang membuat Sean murka adalah Viona pergi dengan Farhan tanpa sepengetahuannya dan supir itu tidak memberitahunya terlebih dahulu. Pantas saja beberapa kali Sean menghubungi Viona, wanita itu tidak mengangkatnya.

Sean segera melacak keberadaan Viona, walaupun Viona tidak membawa ponselnya. Tapi ia masih bisa melacaknya, untung saja cincin pemberiannya sudah ia lengkapi dengan pelacak membuatnya memudahkan menemukan Viona disaat-saat seperti ini.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now