Part 48||MINE

9.6K 455 47
                                    

Hallo guys!!

Gimana kabarnya? Sehat kan? Semoga kita semua selalu dilindungi Tuhan dan diberikan kesehatan selalu, amin..

Udah pada kangen kan sama Sean dan Viona? Pasti pada penasaran nih? Apalagi sama Sean yaa kan? 😆

Ayukk langsung aja baca yaa tapi jangan lupa untuk vote 🌟 yaa guys.. vote kalian sangat berarti banget buat aku 😊 terus dukung cerita ini dengan vote juga komentar kalian, selalu aku tunggu 🤗💙

Happy Reading!!

****

"Sean... ku mohon bangunlah... maafkan aku yang telah mendiamkanmu hiks...hiks...percayalah Sean aku tidak sama sekali marah padamu. Sean hiks...ku mohon bangunlah.." mohon Viona diiringi tangisnya yang tak kunjung berhenti.

Entah kenapa Viona merasakan seperti ada yang mengelus kepalanya, Viona berharap jika yang sedang mengelus kepalanya adalah Sean. Namun sekarang Sean nya telah pergi meninggalkannya sendiri.

Viona semakin menangis terisak saat ia merasakan sentuhan tangan seseorang yang mengelus kepalanya terasa begitu nyata dan terasa begitu hangat memberikan ketenangan pada diri Viona. Viona merasa sosok Sean lah yang kini sedang mengelus kepalanya. Belum lama Sean pergi meninggalkannya Viona sudah merindukan sosok Sean.

"Sean....hiks.....hiks....." gumam Viona memanggil nama Sean.

"Sssttt... berhentilah menangis Viona. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Seketika Viona berhenti menangis, ia menajamkan pendengarannya. Viona sangat mengenal suara itu, itu adalah suara Sean. Namun, bagaimana mungkin Sean bisa berbicara padanya. Bukankah Sean telah tiada.

"Se-Sean.." ucap Viona terbata-bata.

"Iyaa Viona ini aku." ucapnya dengan mengelus lembut kepala Viona. Viona segera melepaskan dirinya dari memeluk tubuh Sean. Seketika Viona terbelalak kaget melihat Sean yang kini tengah menatapnya.

"Se-Sean..." ucap Viona dengan kedua tangannya yang menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang sekarang Viona lihat. Sean tersenyum kepada Viona.

"Iya Viona, ini aku." ucap Sean tersenyum. Viona segera menghambur ke pelukan Sean. Viona menangis kembali.

"Sean...hiks...hiks..." tangis Viona. Sean terkekeh pelan, ia mengusap lembut punggung Viona yang bergetar menahan tangisnya.

"Ssssttt jangan menangis lagi Viona. Aku tidak akan pernah pergi meninggalkanmu." ucap Sean menenangkan Viona. Viona mengurai pelukannya, ia menatap wajah Sean, Viona mengelus lembut rahang tegas Sean.

"Sean bagaimana bisa kau kembali? Bukankah kau telah tiada?" tanya Viona segegukan. Sean mengulurkan tangannya, menghapus air mata Viona yang mengalir.

"Tidak Viona. Aku baik-baik saja." ucap Sean.

"Ta-Tapi—kata Alex kau kecelakaan dan—kata Darren..." tanya Viona bingung. Sean terkekeh, ia pun duduk bersandar dan menarik lembut tangan Viona. Membuat tubuh Viona terduduk di brankar tempat Sean. Sean memeluk erat tubuh Viona.

"Aku tidak sama sekali mengalami kecelakaan, Viona." ucap Sean membuat Viona menatap Sean bingung. Sean tersenyum geli melihat wajah bingung Viona.

"Jangan bilang—jika kalian membohongiku?" tanya Viona menyelidik. Sean mengecup lembut bibir Viona. Sean semakin erat memeluk tubuh Viona.

"Sean, katakan padaku jika kalian membohongi ku iya?" tanya Viona tidak sabar.

"Maaf.. aku tidak bermaksud membohongimu tapi aku ingin memberikanmu kejutan." ucap Sean tersenyum, namun Viona hanya menatap Sean datar.

𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐏𝐀𝐓𝐇 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum