| CHAPTER 42 | KHAWATIR

93.9K 20.1K 1.4K
                                    

Vote dulu, biar nggak lupa.
Ramaikan kolom komentar juga yaw

Happy reading!!!

————

————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

"CAKRA!"

Moa berlari menghampiri Cakrawala yang terduduk di hadapan rangka sepeda yang sudah terbakar sebagian.

Moa terperanjat melihat kerangka sepeda kuning Cakrawala, pun dengan jaket milik Cakrawala yang ikut terbakar.

Tanpa Moa lihat, Cakrawala sedari tadi mati-matian memadamkan api yang menyulut membakar sepeda kenangan-kenangan terakhir dari bundanya.

"Ayok, bangun..." Moa memegang lengan Cakrawala, membantu cowok itu berdiri.

"Cakra... tangan kamu..." Moa meraih kedua telapak tangan Cakrawala yang terluka dan mengelupas.

Cakrawala merintih. "Shh!"

"Tangan kamu kebakar Cakra!"

"Aku nggak papa," ujar Cakrawala dengan tenaga seadanya.

Cakrawala menatap Moa. "Moa, sepedaku masih bisa diperbaiki kan?" tanyanya.

Moa menatap sepeda kuning Cakrawala. Mana bisa diperbaiki, sepeda itu sudah rusak parah. Lebih baik beli yang baru daripada memperbaikinya.

"Moa, ayo cari bengkel. Aku mau memperbaiki sepedaku."

Moa memejamkan mata sejenak, kemudian ia kembali menatap Cakrawala.

"Beli sepeda baru, mau?" tawarnya.

Cakrawala menggeleng lemah. "Nggak ada yang bisa gantiin sepeda itu."

"Sepeda itu kenang-kenangan dari Bunda yang masih aku punya."

Moa mengembuskan napas panjang. Ia mengelus pipi kanan Cakrawala yang kotor, ia tidak tega melihat Cakrawala seperti ini.

"Sini, peluk." Moa melebarkan kedua tangannya dan Cakrawala mendekatkan diri, kemudian memeluk gadis itu dengan sangat erat.

"Moa, aku mau pulang."

Moa mengusap lembut rambut Cakrawala, dia diam-diam menangis.

Moa tahu betul, sepeda kuning itu adalah kesayangannya Cakrawala. Moa bersumpah ia tidak akan membiarkan orang yang melakukan ini pada Cakrawala hidup dengan tenang!

2. NOT ME ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang