| CHAPTER 33 | DEPRESI

116K 22.5K 3K
                                    

Vote dulu yuk, biar nggak lupa.
Ramaikan komen juga ya.

Happy Reading!!!

———

—————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—————

Pukul tiga dini hari Cakrawala sudah membuka mata dan keluar dari tempat tidur favoritnya. Padahal remaja lain biasanya akan bangun pukul setengah enam.

Cakrawala bangun lebih awal karena ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum pergi ke sekolah. Ia harus menyapu, mencuci baju, kemudian memasak sarapan, baru ia akan mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Mau Cakrawala sakit atau tidak, semua pekerjaan itu harus ia yang menyelesaikannya.

Cakrawala meletakkan tongkatnya di samping kamar mandi, kemudian ia duduk dan merendam pakaian menggunakan detergan. Sebenarnya dulu di rumah ada mesin cuci, tapi ketika bi Wati dipecat, Tigu juga menjual mesin cuci tersebut. Sengaja ia jual, katanya, Cakrawala tidak boleh boros-boros.

Padahal pakaian yang harus Cakrawala cuci tidak bisa dibilang sedikit, ia harus mencuci pakainnya sendiri, pakaian Maratungga dan juga pakaian Tigu. Kalau Tigu merasa pakaiannya masih kurang bersih, pasti ia akan langsung naik pitam, memukulkan benda apapun di sekitarnya ke tubuh Cakrawala.

Tanpa mengeluh, Cakrawala mulai mengucek baju-baju yang sudah ia rendam dengan deterjen itu satu persatu. Disaat ia sudah bangun dan sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, Maratungga masih tertidur nyenyak di atas kasur.

Usai mencuci dan menjemur pakaian, Cakrawala lantas menyapu bersih lantai rumah. Langit yang semula gelap, kini sedikit demi sedikit cerah, matahari sudah terbit.

Cakrawala mengelap peluh di keningnya. Ia masih belum menyiapkan sarapan.

Maratungga mengucek mata sambil berjalan lunglai ke arah dapur. Ia menguap.

"Semalam tidur nyenyak?" tanya Cakrawala.

Maratungga tidak menjawab. Ia masih mengumpulkan nyawa.

"Siapin baju gue." Ujar Maratungga.

Cakrawala mengangkat sebelah alis. "Mau ke mana?" tanyanya.

"Jalan-jalan lah, pake nanya lagi." Sewot Maratungga.

Tidak ingin membuat mood Maratungga kacau akhirnya Cakrawala memilih diam dan tidak banyak bertanya. Ia membuatkan sarapan terlebih dulu, menunya tidak aneh-aneh, nasi goreng untuknya dan salad untuk Maratungga.

Cakrawala sangat menjaga menu makanan Maratungga, seperti yang dikatakan oleh dr.Wiliam. Ia tidak ingin membuat Maratungga menjadi lebih sakit karena memakan makanan sembarangan.

Setelah semua sarapan siap di meja makan, Cakrawala harus kembali menyiapkan baju Maratungga. Tidak hanya baju dan celana, tapi Cakrawala juga menyiapkan kupluk berwarna hitam untuk menutupi kebotakan Maratungga. Maratungga terlihat tampan jika memakai kupluk, ah, apapun yang Maratungga kenakan pasti dia akan terlihat tampan.

2. NOT ME ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang