CHAPTER 12 | CERMIN |

121K 24.3K 1.9K
                                    

Vote dulu yuk, biar aku semangat dan cepet update. Ramaikan kolom komentar juga ya...

Selamat membaca!!!

———

Cakrawala yang sudah berpakaian seragam lengkap, berdiri di depan lemari yang bagian depannya semuanya adalah kaca. Ia melihat pantulan dirinya sendiri.

"Cakrawala, ayo, tunjukan senyum manismu pada semesta," ujarnya.

Di depan cermin, Cakrawala terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menarik dua sudut bibirnya, ia tersenyum.

"Bagus!" Seru Cakrawala.

Ia kemudian merapikan kemeja seragam putihnya. "Sekarang, ayo, tertawa."

Cakrawala berdehem. Ia melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin, kemudian tertawa. "Hahahahahaha...."

Suara tawa Cakrawala semakin melemah dan akhirnya menghilang digantikan dengan senyuman.

"Sekarang kamu sudah siap untuk bertemu semua orang." Ujar Cakrawala pada pantulan dirinya sendiri.

Cakrawala mengambil tas ransel hijaunya yang berada di sudut kamar. Setelah itu ia keluar kamar, tidak lupa ia menutup lagi pintu kamarnya. Seperti biasa sebelum berangkat, Cakrawala akan menemui Maratungga.

Cakrawala membuka pintu kamar Maratungga. Ia bisa melihat abangnya itu sedang berdiri di balik jendela dan memandang ke arah luar.

"Bang," panggilnya.

Maratungga menoleh. Cakrawala berjalan mendekati Maratungga, ia tersenyum.

"Bang Mara udah minum obat?" tanya Cakrawala.

Hampir setiap hari Cakrawala selalu menanyakan hal yang sama pada Maratungga hingga membuat Maratungga merasa muak. Setiap hari obat, obat, dan obat.

"Lo bisa nggak sih, nggak usah nanyain itu mulu?" tanya Maratungga. Wajahnya terlihat sangat kesal.

"Iya, gue tau, gue penyakitan. Jangan diingetin mulu." Gerutu Maratungga.

Cakrawala tidak menjawab, ia kembali bertanya. "Bang Mara, udah makan? Mau Cakra suapin?"

"Diem!" Sentak Maratungga.

Ia sangat tidak suka diberikan perhatian seperti itu. Seperti anak kecil saja!

"Bang Mara, Cakrawala pamit sekolah dulu, ya."

"Hm."

"Nanti waktu Cakra pulang, Bang Mara minta dibeliin apa?"

"Berangkat ya berangkat aja sana!" Sentak Maratungga. "Pergi sana!" Maratungga mendorong punggung Cakrawala hingga membuat adiknya itu hampir jatuh.

"Gue bilang pergi, ya pergi! Lo budek?!"

Cakrawala berjalan ke arah pintu seraya terus menoleh ke arah Maratungga. Sementara Maratungga, ia sama sekali tidak menatap Cakrawala, ia kembali fokus menatap ke luar jendela.

2. NOT ME ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang