| CHAPTER 20| KAKAK TERSAYANG

115K 24.7K 5.1K
                                    

MARATUNGGA & CAKRAWALA

MARATUNGGA & CAKRAWALA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—–———

Hari ini Tigu pulang, dan sekarang ia berada di ruang makan. Duduk sambil menatap hidangan yang sudah di masak oleh Cakrawala. Ada ayam goreng, sambal, dan sayur sop, semuanya hasil masakan Cakrawala. Ia juga menyiapkan masakan khusus untuk Maratungga, salad sayur yang cara pengolahannya di kukus.

Cakrawala sangat berhati-hati jika menyangkut kesehatan Maratungga. Ia juga selalu ingat pesan dr.wiliam, makanan dengan cara penyajian digoreng tidak baik untuk penderita kanker.

"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Tigu seraya menatap tajam Cakrawala.

Maratungga menoleh ke samping kanan dimana Cakrawala sedang berdiri.

"Mau makan sama Ayah," jawabnya disusul seulas senyum.

"Nggak perlu! Kamu pergi sana, makan di dapur."

Maratungga hanya diam. Ia sebenarnya kasihan dengan Cakrawala yang selalu diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, namun ia tidak punya nyali untuk membantah ucapan Tigu.

Maratungga juga sudah tahu betul bagaimana tempramennya Tigu. Jadi daripada ia juga kena marah hanya  karena membela Cakrawala, lebih baik ia diam.

Cakrawala mengangguk pelan. Ia mengambil piring yang ada di meja.

"Ngapain ngambil piring segala? Saya nyuruh kamu pergi ke dapur bukan ngambil piring. Taruh!" Sentak Tigu.

Cakrawala meletakkan piring itu ke tempat semula. "Tapi di dapur sudah tidak ada makanan, Yah."

"Berani ngebantah ya kamu!" Tigu melempar sendok nasi dan mengenai kening Cakrawala.

Cakrawala menunduk. Keningnya berdarah, tergores ujung sendok.

"Mending lo pergi sana deh," ujar Maratungga.

Cakrawala mengangguk. Ia lantas berjalan menuju dapur. Sumpah demi apapun, di dapur sudah tidak ada makanan. Semua bahan makanan juga sudah habis untuk di masak malam ini. Sepertinya hari ini Cakrawala tidak bisa makan malam, atau jika bisa, ia akan makan makanan sisa. Tidak apa, Cakrawala masih senang. Lagipula ia juga sudah biasa memakan makanan sisa.

Cakrawala duduk, ia meletakkan kepalanya di atas meja dapur, mengistirahatkan sejenak rasa lelahnya. Sejak pulang sekolah tadi, alih-alih istirahat, ia justru mengerjakan semua pekerjaan rumah. Bahkan untuk mandi pun ia juga belum sempat.

Diam-diam Cakrawala memperhatikan interaksi antara Maratungga dan Tigu. Hubungan mereka harmonis selayaknya ayah dan anak kebanyakan.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now