| CHAPTER 25 |RAMBUT RONTOK

114K 25.1K 6.1K
                                    

Ini chapternya panjang. Harusnya bisa jadi dua chapter. Tapi yaudah lah ya, nggak papa.

Vote dulu yuk, ramaikan kolom komentar juga ya.

Happy Reading!

———

Cakrawala memasukan semua barang-barang kebutuhan Maratungga ke dalam ransel hitam. Seperti yang sudah direncakan, hari ini mereka akan pergi ke pantai.

Maratungga terlihat sangat antusias. Sudah lama ia tidak pergi. Kakinya merindukan deburan ombak.

"Cakrawala buruan napa ah! Lama banget. Jangan sampe ada yang ketinggalan!" Seru Maratungga.

"Iya Bang."

Maratungga masuk ke dalam kamar mandi, sementara Cakrawala masih sibuk mengemasi barang milik Maratungga. Yang dibawa tidak banyak, hanya beberapa alat lukis dan obat-obatan.

Maratungga menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Ia berdiri di depan cermin wastafel. Maratungga menyentuh kepala, dan seketika rambutnya jatuh berguguran.

"Akh..." Maratungga menatap helaian rambut yang ia genggam.

Ia sudah tahu kalau rambutnya akan mengalami kerontokan, meskipun begitu tetap saja semuanya terasa berat.

Maratungga beberapa kali mengambil napas panjang untuk menahan air matanya supaya tidak keluar. Cepat atau lambat, ia akan mengalami kebotakan. Itu sudah pasti.

"Bang udah selesai!" Seru Cakrawala.

Maratungga mengambil topi hitam yang tergeletak di atas waftafel, kemudian ia keluar.

"Ayo!" Ujar Maratungga. "Barang-barang gue, lo yang bawa."

Cakrawala mengangangguk patuh. Ia lantas memakai tas ransel itu ke atas punggungnya.

"Abang, sebentar." Cakrawala mencekal lengan Maratungga.

Maratungga menoleh. "Apaan sih?"

"Ini dipake dulu." Cakrawala menyodorkan jaket miliknya.

"Ini panas. Ngapain pake jaket? Nggak, gue nggak mau."

"Abang udah janji bakalan nepatin syaratnya Cakrawala, kalo abang nggak boleh sakit."

"Iya ah iya-iya!" Maratungga mengambil jaket di tangan Cakrawala "Banyak bacod ya lo!" ujarnya sambil memakai jaket tersebut.

Cakrawala dan Maratungga naik bus bersama. Mereka duduk di kursi yang paling belakang. Cakrawala sangat menjaga Maratungga seperti bayi.

"Bang Mara haus?" tanya Cakrawala.

Maratungga mengangguk. "Hm."

"Sebentar," Cakrawala mengambil botol yang ia letakkan di samping ransel. Ia membukakan tutup botol itu sebelum memberikannya kepada Maratungga.

"Ini." Cakrawala menyodorkan botol tersebut dan langsung disambut oleh Maratungga.

Selama hampir kurang lebih tiga puluh menit di dalam bus, akhirnya mereka sampai di pantai. Maratungga berlari menapaki pasir pantai.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now