"Sekeras apapun kamu menjaga, sekuat apapun kamu pegang, se-erat apapun kamu memeluk, yang pergi akan tetap pergi."
_______
Moa mengayuh sepeda berwarna kuning. Sepeda itu milik Cakrawala. Sepanjang mengayuh, Moa hanya bisa menitihkan air mata. Ia bahkan tidak perduli dengan tatapan orang-orang sekitar.
"CAKRAWALA GUE BENCI SAMA LO!"
"Hiks!"
"Lo denger gue Cakrawala, GUE BENCI SAMA ELOOOO!!! AAAAAAAA!!! GUE BENCI!"
Di atas sepeda yang masih melaju, Moa menangis terisak. Langit yang semula mendung, kini robek dan menjatuhkan butir-butir air ke bumi. Moa terus mengayuh sepeda tanpa mau menepi dan tanpa perduli ia akan basah kuyup.
Kenangan tentang Cakrawala terus berputar dikepala Moa, membuat perasaannya semakin hancur.
"Moa, aku mau pulang. Aku pengen ketemu Bunda, aku kangen sama Bunda..." Ujar Cakrawala melalui sambungan telepon.
"Iya, hati-hati. Salam buat bunda kamu, ya."
"Hem." Cakrawala lantas mematikan sambungan telepon.
Moa kembali mengerjakan tugas sekolahnya yang belum selesai. Sisa beberapa butir soal lagi. Coba saja ia satu kelompok dengan Cakrawala, pasti tugasnya sudah selesai.
"Kenapa, Mo?" tanya Kansa, rekan satu kelompoknya.
"Ini, tadi Cakrawala nelpon, dia mau pulang ketemu bundanya, kangen katanya."
"Oh... Ketemu bun—" Kansa seketika menoleh pada Moa. "Bundanya Cakrawala kan udah lama meninggal, Mo!"
"Seharusnya waktu itu aku nggak ngijinin kamu pulang, hiks!" Ujar Moa dengan suara kian melemah. Di bawah hujan yang kian deras, tangis Moa pecah.
More Info follow instagram @caaay_
©2021 | Written by Caaay_
YOU ARE READING
2. NOT ME ✔️
Teen FictionCakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk bahagia justru merenggut kewarasannya. Ia sakit mental. "Setelah sekian bulan saya mengamati peril...