Cakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk bahagia justru merenggut kewarasannya. Ia sakit mental.
"Setelah sekian bulan saya mengamati peril...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cakrawala hanya bisa duduk diam dengan rantai yang membelit badannya, tubuhnya sangat lemah. Wajahnya sepucat mayat. Bibirnya pecah-pecah dan tenggorokannya terasa sangat kering karena dehidrasi. Rasanya nyawanya sudah hampir tercabut dari raganya.
Sudah dua hari ia dirantai di dalam gudang dan ditinggalkan seorang diri. Ayahnya benar-benar sudah meninggalkannya dan sama sekali tidak kembali.
Alih-alih dibawa ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan penanganan yang tepat, orang dalam gangguan jiwa seperti Cakrawala memang kerap dikurung, dirantai, bahkan juga ada yang sampai dipasung selama bertahun-tahun.
Yang Cakrawala butuhkan adalah seseorang yang mau memahaminya, juga seseorang yang mau mendengarkan ceritanya.
"Bunda..." Gumam Cakrawala lemah.
Pandangan Cakrawala sudah mulai kabur.
"Kak Cakra... hiks!"
Cakrawala menatap ke sudut gudang. Dilihatnya Gabi sedang berdiri di sana tanpa alas kaki, anak itu wajahnya sangat pucat dan di sekujur tubuhnya penuh luka.
Sudut bibir mungil Gabi sobek, pipi kanannya lebam, kedua kaki mungil tanpa alas kaki itu sangat kotor dan lecet-lecet.
Cakrawala menatap Gabi dengan pandangan lemah. Air matanya mendadak jatuh begitu saja. Hatinya terasa sakit bukan main ketika melihat anak sekecil Gabi menangis dengan keadaan sekujur tubuh penuh luka.
"GABI NGGAK ADA! DIA ITU NGGAK NYATA!"
"Kamu tau kenapa orang-orang ngatain kamu gila? KARENA KAMU ITU EMANG NGGAK WARAS!"
Cakrawala menangis ketika ucapan Moa kembali menyergap dipikirannya.
"Kalau Gabi itu nggak nyata, terus Gabi itu apa? hiks!"
