| CHAPTER 23 | OCD

111K 25K 3K
                                    

"Tugas kamu sekarang cukup jauhi aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tugas kamu sekarang cukup jauhi aku. Orang sepertiku tidak pantas untuk menjadi temanmu, apalagi menjadi pacarmu."

———

"Sini, liat." Moa mengangkat dagu Cakrawala dan sudah tidak lagi melihat ada darah yang mengalir dari hidung.

Moa membuang kapas berlumuran darah ke dalam tong sampah di dekatnya.

"Masih sakit nggak?" tanyanya.

Cakrawala menggeleng. "Enggak."

Bohong. Sebenarnya Cakrawala masih merasa pusing. Ia melihat Moa di sampingnya saja seperti ada dua.

"Kepalanya jangan dibuat geleng dulu, nanti pusing." Moa memegang kedua pipi Cakrawala, menahannya supaya tidak bergerak kemana-mana.

Moa baru saja mengobati Cakrawala yang mimisan akibat lemparan bola voli dari Galaksi. Sialan memang si Galaksi.

Galaksi adalah ketua klub voli. Jangan ditanya bagaimana sifatnya, dia angkuh dan bengal, tidak ada bedanya dengan Wicak. Pantas, mereka berdua saja sudah lama bersahabat. Bedanya, Galaksi masih punya prestasi, sementara Wicak suka tebar sensasi.

Cakrawala memiringkan posisi duduknya untuk mengambil ponsel di saku celana abu-abu.

"Sebentar, ada yang nelpon," ucapnya pada Moa. Ia memegang ponsel di tangan kanan.

"Ha? Emang bunyi?" tanya Moa. Ia melihat ponsel Cakrawala mati dan sama sekali tidak mengeluarkan bunyi deringan.

"Ada, tadi bunyi, kamu nggak dengar." Cakrawala turun dari ranjang untuk menjawab telpon.

"Dari siapa?"

"Dari Gabi."

Moa mencekal lengan Cakrawala. "Jangan jauh-jauh, jawab di sini aja."

Cakrawala tersenyum, ia tidak jadi pergi dan kembali duduk di hadapan Moa. Cakrawala mengusap-usap puncak kepala Moa. Moa tertegun. Kenapa rasanya nyaman sekali, padahal cuma diusap doang.

"Gab— kamu kenapa nangis?" tanya Cakrawala ketika dari ujung sana ia mendengar suara tangisan Gabi.

Di sebrang sana Gabi memegang ponsel di telinganya dengan gemetar, kedua mata mungil anak itu berair. Ia terisak. Kening Gabi berdarah, kedua tangannya memerah serta terkena tanah. Kotor.

"Kak Cakra hiks! Kak... Hiks!"

Bugkh!

Brak

Sebelum berhasil menjawab panggilan Cakrawala, ponsel digenggaman Gabi terjatuh. Ia juga ikut tersungkur ke tanah ketika ayahnya melempar batu dan mengenai kepala mungilnya.

Gabi menangis. Ia meraung kesakitan memegangi kepala belakangnya yang mengeluarkan darah.

"Halo? GABI! Gabi kamu denger kakak?! Gabi!" Ucap Cakrawala panik ketika ia tidak mendapat sahutan dari Gabi. Terdengar suara rusuh di sebrang sana.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now