EPILOG

154K 24.7K 6.4K
                                    


Dua bulan kemudian.

Seorang pria menyerahkan kunci dengan bandul spongebob berwarna kuning kepada Maratungga.

"Nih, kunci rumahnya."

Maratungga mengulurkan telapak tangan pucatnya untuk menerima kunci tersebut.

"Nggak kerasa banget ya, lo nyicil beli rumah setahun akhirnya kelar juga."

Maratungga hanya diam mematung.

"Gue yakin adek lo pasti seneng banget sih."

"View rumahnya juga bagus banget. Bangun tidur buka jendela langsung bisa liat pantai."

"Btw adek lo mana? Dia nggak ikut ke sini?"

Maratungga mengambil pasokan oksigen dalam-dalam. Rasa sesak kembali menyergap dadanya.

Tanpa diketahui siapapun, selama ini Maratungga diam-diam menabung uang hasil penjualan lukisannya untuk kredit membeli rumah. Karena hal itulah ia menjadi jarang memberikan Cakrawala uang saku hingga membuat adiknya itu kerap jalan kaki dari rumah menuju sekolah.

"Adek lo lagi main, ya?"

Maratungga menggeleng. "Udah nggak ada," jawabnya dengan suara parau.

"Nggak ada? Maksud lo, adik lo udah mening... gal?"

Maratungga mengangguk.

Pria itu cukup terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka. Pasalnya ia tahu betul jika Maratungga membeli rumah baru untuk adiknya, Cakrawala.

"Maaf, Mar. Gue nggak maksud buat-"

"Hem."

"Lo mau gue temenin masuk ke rumah baru lo?" tanyanya lantaran khawatir melihat wajah Maratungga yang sangat pucat.

Maratungga menggeleng, "Nggak usah. Gue mau sendiri."

"Beneran?"

"Hem."

"Nanti kalo ada apa-apa langsung telpon gue, ya."

Maratungga mengangguk. Ucapan pria itu kembali membawa ingatannya pada sosok Cakrawala yang sudah berpulang.

'Nanti kalau ada apa-apa langsung telpon Cakra, ya.'

Maratungga melangkahkan kakinya ke dalam rumah barunya tersebut. Ia membelikan rumah ini untuk Cakrawala karena ia ingin setelah ia meninggal nanti, Cakrawala tidak lagi tinggal bersama Ayah. Supaya Cakrawala nanti tidak sakit lagi karena dipukulin Ayah, supaya nanti tidak ada lagi yang mengunci Cakrawala di gudang. Dan Maratungga ingin supaya Cakrawala mencari kebahagiaannya sendiri.

"Nanti kalau Bang Mara udah nggak ada, kamu jangan tinggal lagi sama Ayah, ya?"

Namun takdir berkata lain, Cakrawala justru pergi mendahuluinya, meninggalkannya bersama sejuta kenangan yang tidak akan pernah bisa diulang kembali.

Rumah yang dibeli Maratungga desainnya minimalis dan hanya ada dua kamar. Ia membuka salah satu kamar yang letaknya ada disisi kanan, seketika ia disambut oleh sebuah lemari berwarna kuning yang sangat lebar. Saking lebarnya sampai siapapun bisa tiduran di dalamnya. Lemari itu memang ia pesan khusus untuk Cakrawala.

Melihat lemari itu air mata Maratungga jatuh menapaki wajah pucatnya.

"Bang Mara beliin Cakra lemari baru..."

"Cakra belum sempat liat..."

"Cakra... Bang Mara beliin Cakra lemari baru... warnanya kuning. Buat Cakra..."

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now