4

21 13 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman saya baru saja memposting di wattpad saya cerita lanjutan dari Legacy of the wizards. Cerita ini dijamin seru dan akan menarik dari sebelumnya. Oh iya, saya berencana akan selalu upload cerita ini setiap hari Senin. Jadi teman-teman yang senang dan mengikuti cerita ini saya sampaikan terima kasih banyak dan mendalam. Teman-teman dapat mengikuti dengan lebih baik karena sudah terjadwal sehingga tidak perlu khawatir maupun repot untuk memikirkannya. Saya minta maaf sebesar-besarnya karena lambat dalam proses upload cerita lanjutannya karena berbagai kesibukan yang melanda belakangan ini. Tetapi saya tidak akan meninggalkan kepenulisan saya. Saya bukan orang yang seperti itu, saya akan terus melanjutkan kepenulisan saya. Dan semua itu karena dukungan dari diri sendiri dan tentunya teman-teman. Terima kasih sebelumnya ya. Semoga teman-teman semua selalu berada dalam kondisi yang sehat dan gembira dimanapun kalian berada ya 😁✌️

☼☼☼

Selama beberapa jam terbang dengan British Airways dari Inggris kami telah sampai di Roma, Italia. Aku memandangi kota Roma dari atas langit. Kota yang sangat megah dan luar biasa. Sungguh sebuah pepatah benar mengatakan bahwa Roma tidak dibangun dalam sehari. Sisa-sisa kemegahan peradaban masa lalunya sangat mencolok bagai aura tersendiri. Beberapa menit kemudian kami sampai di bandara internasional Flumicino airport.

Muffy, Kathlyn, dan aku setelah mengurus berbagai keperluan di imigrasi, segera menuju ke sebuah hotel untuk beristirahat sekaligus menentukan rencana. Kami menginap di hotel Raphael. Pilihan Muffy yang sangat bagus. Hotel itu unik karena penuh dengan barang antik dan seni, mulai dari keramik dari Picasso di lobby hingga kepingan masa Renaissance dalam beberapa kamar tidur. Sangat menawarkan lokasi perlindungan terpusat.

Kami memesan dua kamar. Kami berkumpul di kamar tempatku berada. Muffy dan Kathlyn mengeluarkan peta yang sebelumnya diperlihatkannya padaku di Inggris lalu.

"Sekarang, penyihir yang kalian maksud sungguh berada disini ?" Tanyaku sangsi.

"Aku yakin dia ada disini." Jawab Kathlyn.

"Bagaimana bisa kau mengetahuinya ia berada di Roma ? Kalian kan tidak bertemu dan tidak berkomunikasi."

"Setiap penyihir memiliki kemampuan merasakan kehadiran penyihir lainnya di dalam diri mereka."

"Jadi, kau merasakan penyihir itu ada disini ?"

Kathlyn mengangguk. "Ia ada disini. Kita harus segera mencarinya."

"Hei tunggu dulu !" Protesku. "Kita baru saja sampai dan aku tidak mau membuat diriku lelah."

Kathlyn menatapku tajam. "Dengar, kegelapan akan datang dalam waktu dekat. Para iblis itu tidak akan berhenti untuk mencarimu. Kau tidak bisa melawannya sendirian. Kau butuh kami."

Kurasa sampai disitu poinnya benar. Muffy menempatkan tangannya di bahuku dan menyuruhku untuk duduk.

"Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik."

"Kita memang dapat membicarakan hal ini dengan sangat baik." Balas Kathlyn dengan penekanan.

"Jadi," Muffy menatapku. "kau ingin ikut membantu kami mencari salah satu penyihir kami atau tinggal disini dan membiarkan para iblis itu mencarimu dan mengambilmu ?"

Aku meneguk ludah. Tatapan Muffy begitu tenang tetapi mencekam. Kurasa ia sebenarnya berniat untuk bercanda tetapi ia justru tampak sangat nyata mengancam.

"Ba-baik." Jawabku dengan gugup. "Aku ikut dengan kalian."

Muffy dan Kathlyn tersenyum. Sumpah, kali ini aku bisa memastikan mataku tidak salah. Senyuman Kathlyn sungguh indah. Tidak seperti Muffy yang lebih mudah berinteraksi dengan ramah. Kathlyn sangat tenang tetapi jarang tersenyum dia juga sedikit temperamen. Namun melihatnya tersenyum rasanya duniaku seakan runtuh.

LEGACY OF THE WIZARDWhere stories live. Discover now