I.N.P -13-

26.6K 2.5K 54
                                    

Saat kutatap indah ukiran wajahnya,
Tiba-tiba sebuah rasa muncul tanpa diduga,
Yang tak pernah kurasa sebelumnya.
Antara bahagia, suka, juga
Sedikit rasa cemas.
_tanpanama
✯✯✯

2 hari kemudian...

Gadis dengan pakaian pengantin itu tengah mengaca di depan wastafel, menatap dirinya yang sekarang telah menjadi seorang istri. Seperti mimpi, ia yang seharusnya fokus untuk menuntut ilmu tiba-tiba menikah muda hanya sebuah alasan.

Alasan yang aneh memang. Dirinya sendiri gak paham dengan apa yang lagi kedua orang tuanya rencanakan. Apakah ada yang disembunyikan darinya?

"Ini gue? Gue nggak mimpi 'kan? Ini beneran?" Gerutu Arra menatap tak percaya ke dirinya di cermin.

Tok tok

"Dek, udah belum lo? Buruan ditunggu Tante Alera." Ucap bang Abi dari luar pintu kamar mandi, membuat Arra tersentak kaget.

"I-iya, Bang. Bentar lagi." Balas Arra, ia memutar keran dan mencuci tangan.

"Ngapain lo? Boker?"

"Enak aja! Gimana mau boker orang bajunya segede gaban." Decak Arra sedikit keras.

Mendengar itu Abio terkekeh geli, "Iya-iya, Ra. Buruan ditunggu."

"Iya-iya bawel lo." Tak lama ia berjalan keluar dengan mengangkat gaunnya, jika boleh jujur. Sangat susah saking besarnya diameter gaun itu.

Ceklek

"Bang, bantuin dong. Ini baju apa, sih? Udah berat, gede lagi." Kesal Arra saat sampai di depan Abio.

Abio yang melihat tingkah adik kesayangannya itu hanya memutar bola mata malas, "Ck, repot sendiri sana, buruan ayo." Buru-buru  Abio melangkah lebih dulu meninggalkan Arra.

"Eh. Eh. Gue ditinggal? Bang! Bang Abi! Dasar abang biadab!" teriak Arra di kalimat terakhir. Mau tak mau ia harus bisa berjalan dengan gaun itu.
.
.

Sesampainya Arra di ruangan mewah bernuansa warna gold. Ia bergegas berjalan mendekati kedua orang tuanya yang melambaikan tangan mengarah ke arahnya.

"Kamu dari mana aja sih, Ra? Banyak yang nunggu kamu." Ujar Bunda saat Arra sampai di depannya.

Arra menyengir, "Maaf, Bun. Tadi Arra ke toilet."

"Kok lama?"

"Biasa, Bun. Boker dulu." Sahut Abio yang mendapat tatapan tajam dari Arra.

Ayah Arsel yang mendengar hanya menggeleng-geleng kepala, "Sudah. Jangan mulai berantemnya."

"Tau nih, Abang. Ngeselin." Decak Arra.

Sedikit memainkan bibir, Abio menatap malas, "Serah. Males gue sama lo, mending nyusul istri gue." Ujarnya lalu melangkah pergi.

"Bucin teros." Cibir Arra keras. Ia kembali menatap kedua orang tuanya, "Ada apa, Bun, emangnya?"

"Itu kamu dicari Mama Alera tadi." Bunda mengangkat dagu ke arah wanita dewasa di seberang sana, "Sana gih.

Arra mengangguk, "Ya udah. Arra ke sana, ya." pamit Arra yang dibalas anggukan oleh kedua orang tuanya.

"Jangan ngilang lagi ya, Ra." Titah Ayah sebelum Arra melangkahkan kaki. Mendengar itu lantas Arra menoleh dengan tersenyum, "Siap, Yah."

"Ya sudah sana, kasihan Mama Alera nunggu lama." Kata Bunda. Arra kembali mengangguk, ia melangkah menuju tempat mertuanya, terlihat mama tengah mengobrol dengan seseorang.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now