I.N.P -25-

28.5K 2.4K 35
                                    

"Aww--- " Arra meringis nyeri merasakan dadanya kembali sakit. Entah letaknya dimana, Arra kurang tau. Yang jelas bagian dadanya terasa sesak, nyeri, seakan udara di dalam mobil itu menyempit.

"Arkhh--- aduh." Arra tak henti-hentinya meringis, hingga membuat mama menoleh karena mendengar rintihannya.

Mama Alera menatap Arra bingung, "Arra, kenapa?"

Arra yang sibuk menggerakkan kepala kesana-kemari dengan posisi tangan meremat dada lantas mendongak, "Eh, enggak, Mah. Nggak papa kok." Katanya dibarengi dengan tangan yang ia turunkan.

Gadis itu mencoba untuk menahan, jangan sampai lelakinya juga ikut mendengar rintihannya. Yang ada Alvin terbangun. Arra gak mau ganggu.

"Beneran? Kok kamu kayak kesakitan?" Tanya mama seperti tak percaya jawaban Arra sebelumnya.

Lagi-lagi gadis itu tersenyum, "Enggak kok, Mah. Serius. Cuma digigit nyamuk tadi."

"Ohhh... Nggak bohong 'kan? Kalo kamu ngerasa nggak enak badan, nanti pas pulang mampir ke rumah sakitnya Tante Alma aja. Gimana?" Tawar mama, "Mau 'kan?"

"Nggak perlu deh, Mah. Arra nggak papa kok. Tenang aja. Tadi cuma... Digigit semut. Iya digigit semut." Alih Arra, berharap mertuanya itu tak curiga.

"Ya sudah kalo gitu." Mama kembali menatap depan. Sementara Arra tampak gusar dengan perasaannya sendiri.

Ia kembali meremat dadanya kuat-kuat, mencoba menahan sakit agar suara yang ia timbulkan tak membangunkan lelaki disebelahnya.

"Aww--- kenapa makin sesek gini, sih!" Gumam Arra lirih, tanpa aba-aba tangannya buru-buru membuka jendela mobil. Berharap udara yang masuk lebih banyak.

"Huh.... " Desis Arra, berusaha menetralkan pernapasannya.

Memakan waktu beberapa menit, akhirnya mereka sampai di pintu masuk area bandara. Arra masih sibuk menghirup udara dari luar, sedikit demi sedikit sesaknya mulai mereda.

"Arra, kamu bisa bangunin Alvin 'kan?" Kata papa Rama sedikit melirik ke kaca spion tengah. Tersadar akan ucapan papa, Arra langsung menoleh.

"Eh. Iya, Pah. Bentar."

Arrn mengalihkan pandangan dari papa beralih menatap Alvin yang masih menyandar di pundaknya. Kasihan juga sebenernya jika membangunkan lelaki itu.

"Alvin." Panggil Arra, menepuk-nepuk pelan pipi Alvin.

Diam, tak ada jawaban.

"Vin, bangun. Udah nyampe."

Diam.

"Ck, kebo juga kalo tidur." Kesal Arra karena tak kunjung mendapat respon.

Mengamati dari kaca spion, mama langsung menoleh, sedangkan papa masih sibuk memarkirkan mobilnya, "Ra, bangunin nggak perlu lembut gitu. Yang keras aja." Usul mama Alera.

Mencerna ucapan mamanya, Arra mengangguk paham. Siap-siap ia menghirup napas dalam-dalam, sebelum mengatakan, "ALVIN!"

Deg

Alvin terkejut, ia spontan menegakkan badan dengan mata yang kantuk. Berusaha menetralkan tubuhnya yang masih lemas.

"Vin, sorry..." Lirih Arra seraya menggigit bibir bawahnya, "Tadi usul Mama harus bangunin lo kayak tadi."

Selang beberapa detik seusai mengumpulkan kesadaran, tatapan Alvin berubah tajam. Ia menoleh menatap Arra, "LO---" naas, Alvin tak jadi melanjutkan ucapannya kala menyadari jika ia masih bersama orang tuanya.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now