I.N.P -36-

30.3K 2.6K 15
                                    

"Woi! Diem-diem bae lo pada."

Bukan terkejut, Alvin dan Delan hanya menoleh sejenak menatap Bagas. Setelah itu kembali sibuk pada pikiran masing-masing.

"Yaelah, gini nih kalo di tengah-tengah makhluk batu plus kulkas 2 pintu." Gerutu Bagas, merebut bola yang Delan pegang.

"Ersen mana?" Tanya Delan. Bagas tampak berpikir, tak lama ia menoleh menatap sosok yang tengah berjalan mendekati mereka.

"Noh, baru selesai ngomong sama pak Ali."

Bagas men-dribble bola basket itu, berjalan mondar-mandir di depan Alvin juga Delan, "Bahas apa, sih, lo pada? Serius amat."

Diam, tak ada jawaban dari keduanya. Sudah pasti karena mereka tau, Bagas gak akan suka dengan pembahasan tentang Bella. Itulah sebab Alvin dan Delan memilih diam, daripada ujung-ujungnya ribut?.

Merasa dikucilkan, Bagas menghentikan pergerakannya, matanya bolak-balik menatap Alvin dan Delan bergantian, "Woi. Lo pada kenapa, sih? Gue dateng kok bisu semua."

"Nggak bahas apa-apa." Sahut Alvin.

"Tapi gue lihat dari sono lo berdua ada ngomong sesuatu... Ck, santai napa, kali aja gue bisa bantu." Tawar Bagas. Tapi, lagi-lagi tak ada sahutan. Keduanya kembali diam.

"Mubazir gue ngomong sama lo berdua." Kesal Bagas dan langsung ikut terdiam setelah memberikan tatapan malas ke dua orang itu.

Memakan waktu beberapa detik, Ersen sampai di depan mereka, "Ngapain lo pada masih di sini? Sana, disuruh kumpul disisi utara lapangan." Titah Ersen saat dirinya sampai di depan ketiga temannya.

"Ngapain?" Tanya Bagas.

"Lari, penilaian buat ujian praktik." Jelas Ersen.

"Oh... Ya udah buru, males gue di sini sama dua makhluk aneh." Cibir Bagas, berjalan lebih dulu meninggalkan Ersen dan kedua lainnya.

Ersen menatap kepergian Bagas sejenak. Tak lama pandangannya kembali tertuju ke arah Alvin juga Dela yang masih terduduk, "Lo berdua ngapain masih di sini? Buruan."

Sontak Alvin dan Delan langsung berdiri, Alvin berjalan lebih dulu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Melihat itu sudah pasti membuat tanda tanya dibenak Ersen.

"Dia ada masalah." Ujar Delan tiba-tiba, seakan tau jalan pemikiran Ersen.

Ersen yang menatap kepergian Alvin langsung menoleh menatap Delan, "Masalah apa? Ceweknya lagi?"

Delan mengangguk, "Kayaknya."

"Oh."
.
.

Di sini lah Arra dan kedua sahabatnya berada, utara lapangan sekolah. Area luas yang tak banyak pohon, didominasi dengan cuaca yang panas mampu membuat Arra semakin gelisah.

Pasalnya, Arra masih merasakan lemas ditubuhnya. Rasanya ingin sekali kembali berbaring di kasur.

"Aduh panas banget lagi. Entar kulit gue item gimana?" Rengek Celine, bolak-balik mengusap tangannya.

"Lebay lo. Orang cuma muter sekali doang." balas Adel sedikit malas.

"Iya satu kali kalo lapangan basket mah kecil, lah ini lapangan sepak bola! Bisa-bisanya lo bilang cuma? What the hell? Otak kemana?" Kesal Celine yang diakhiri dengan tatapan jengah.

"Yaelah, lagian 'kan satu putaran nggak kerasa. Udah lah percaya sama gue." ucap Adel, menaik-naikkan alis kirinya.

Keduanya masih berdebat tak jelas, sedangkan Arra? Gadis itu sedari tadi hanya diam dengan tangan yang memegangi dadanya. Jujur saja, rasa di dalam sana masih berasa. Biarpun sedikit, tapi cukuplah untuk membuat Arra lemas.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now