I.N.P -41-

34.2K 2.5K 38
                                    

Arra kembali turun ke lantai bawah, pikirannya masih memikirkan selembar kertas milik lelaki itu.

'Apa gue salah baca, ya? Tulisannya 'kan kayak anak TK. Tapi gue nggak mungkin salah. Itu beneran nama Ale, tapi Ale siapa?' Arra masih menggerutu dalam diam. Tubuhnya berjalan, tapi pikirannya mati. Mati untuk mengingat kejadian 2 menit yang lalu.

"Non, Bibi mau beli lilin, sekalian beli balonnya. Non baik-baik di rumah ya, sebentar aja bibi perginya." Pamit bibi saat melihat Arra berjalan ke arahnya.

Arra yang selesai melamun langsung tersadar, "Eh-- kenapa, Bik?"

"Bibi mau keluar bentar. Non baik-baik di rumah."

"Jangan, biar Arra aja."

"Jangan, Non. Nanti tambah sakit. Bibi nggak mau kenapa-kenapa."

Tapi yang namanya Arra akan tetap Arra, gadis itu kekeuh menggeleng-geleng kepala, "Nggak bibi, Arra aja, ya? Sekalian Arra mau beli hadiah buat Alvin."

Mau tak mau bibi hanya bisa menghela napas panjang, ia sudah kenal dengan sifat putri majikannya itu, "Ya sudah. Hati-hati, Non."

"Arra pamit, Bik." Ucap Arra yang dibalas anggukan serta senyuman dari bibi.

Gadis itu berjalan keluar rumah, berjalan dengan santai. Menikmati setiap lalu lalang kendaraan. Menyapu setiap kerikil di jalan. Sesekali matanya menatap ke langit, bergumam pada Tuhan-nya.

Tak butuh waktu lama ia sampai di toko serba ada, ya, memang tulisannya serba ada. Tak jauh dari komplek perumahan yang ia tinggali.

"Semoga aja ada barang yang bisa jadi kado buat Alvin."
.
.

Alvin, laki-laki itu masih dalam perjalanan menuju ke rumah Bella. Mata menuju jalan, tapi hati menatap jauh ke belakang. Tentang Ersen yang tahu rahasianya, tentang bagaimana wajah pucat Arra, dan tentang kenapa dirinya tiba-tiba merasa aneh.

'Ck kenapa sih gue? Ngapain juga mikirin Arra?' Batin Alvin. Sesekali ia menonjok stang motornya sendiri. 'Sadar, Vin! Dia cewek pembawa sial!'

Tak butuh waktu lama, ia sampai di rumah Bella. Memarkirkan motornya di garasi yang tak terlalu luas. Seusai melepas helm lalu turun dari motor, Alvin berjalan masuk ke dalam.

"Bella."

"Iya sayang, aku di taman belakang rumah." Ucap seseorang yang samar-samar Alvin dengar adalah suara Bella.

Alvin langsung berjalan menyusul ke sumber suara, tepat di taman belakang rumah. Dan benar, Bella tampak sibuk mendekorasi setiap sudut taman. Bisa dikatakan tak terlalu luas karena rumah Bella pun hanya seberapa.

"Sayang, kamu--"

"Bagus nggak? Oh iya, aku udah beliin kamu baju, yang warnanya serasi sama dress aku. Nanti ambil gih, di kamar." Potong Bella yang masih sibuk meniup balon bersama kedua temannya. Stevi dan Angel.

"Kamu ngapain susah-susah bikin ginian?"

"Nggak papa tau, lagian ada yang bantu kok." Bella mendekat ke arah Alvin berdiri. Merangkul lengan lelaki itu, "Mending kita ke kamar, kita liat baju kamu. Pas atau nggak."

"Tapi, kasihan temen kamu." Alvin menatap kedua gadis di depan.

Stevi tersenyum, "Santai aja kali, Vin. Nggak papa. Orang nggak capek. Mending lo berdua aja sana."

"Nah eta. Kita mah santai." Sambung Angel.

"Tuh 'kan, udah lah. Yuk," ajak Bella kembali.

Alvin sedikit berpikir, tak lama ia mengangguk setuju, "Ya udah."

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now