I.N.P -30-

36.6K 2.6K 38
                                    

Drtt.... Drtt... Drtt...

Dengan sigap Arra mengambil hapenya, "Celine?"

"Iya, Cel? Kenapa?" Tanyanya kala sambungan telepon sudah terhubung.

"Lo kemana, sih? Udah mulai dari tadi nih SMA kita. Buruan."

"Udah? Oke, gue ke sana."

Tut

Arra cepat-cepat mematikan panggilan itu sepihak. Merapikan terlebih dahulu penampilannya, terutama mulut yang terlihat pucat. Untung saja ia membawa lip tint. Jika tidak, tamatlah riwayatnya.

"Huft... Udah pas belum, ya?" Gerutu Arra, menggerak-gerakkan kepala ke kanan-kiri sekedar memastikan jika bibir ranumnya terlihat seperti biasanya.

"Ah, udah lah. Bodo amat. Lagian ngapain juga tebel-tebel." Setelah selesai, ia buru-buru keluar toilet. Tapi, lagi-lagi rasa nyeri itu membuatnya terhenti tiba-tiba.

"Sshh--- Aww--" Arra mencoba kembali mencari penopang, menyandarkan punggungnya ke dinding kamar mandi.

"Tenang, Ra. Nggak perlu panik."

Memakan waktu sekitar 2 menit Arra mengatur napas. Alhasil, ia memaksakan untuk kembali berjalan sembari menahan nyeri di dalam sana.

Baru saja ia sampai di area luar lapangan. Suara gemuruh terdengar begitu ramai. Lebih ramai dari sebelumnya. Mungkin pertandingannya sudah dimulai. Pikir Arra.

"Aduh makin rame lagi, ck mana nggak ada jalan." Ia kesal kala jalanan masuk ke dalam lapangan tertutup oleh jejeran manusia.

Mau tak mau, Arra harus menerobos masuk secara paksa, "Misi. Jalannya jangan ditutup." Decak Arra dengan sedikit menggeser-geser lengan orang-orang di depannya.

"Satu poin untuk SMA Dewangga!!"

Woahh!! Prokk... Prokk... Prok...

Suara MC itu kembali membuat Arra cepat-cepat ingin masuk ke dalam lapangan. Berusaha kuat ia mendorong-dorong orang di depan tanpa peduli mau cewek atau cowok.

"Misi woi! Ck, pada budek." Kesalnya saat hampir mencapai area dalam lapangan.

Tak lama, ia berhasil masuk ke dalam lapangan.

"Tadi gue duduk dimana, ya?" Arra celingak-celinguk mencoba mencari keberadaan sahabatnya.

"ARRA!!"

Pas sekali. Sebuah panggilan itu membuat Arra tertoleh ke tribun sebelah kanan, ternyata Celine dan Adel tengah melambaikan tangan ke arahnya. Cepat-cepat ia berjalan menuju ke tempat dimana Celine dan Adel berada.

"Lo kenapa lama, sih?" Tanya Celine sedikit kesal.

"Ya maaf. Tadi sempet diajak ngobrol sama Ersen."

"Oh... Ya udah buru duduk." Arra mengangguk.

"Eh, Ra. Btw, kita unggul dua poin loh! Mana lagi si Alvin yang masukin mulu, lo pasti nyesel nggak lihat tadi. Sumpah seru tau." Celetuk Adel.

"Oh, ya? Masa, sih? Hebat banget Alvin." Jawab Arra. Ia begitu antusias melihat sosok Alvin di depan sana yang tengah men-dribble bola.

"Iya. Makanya kita nyari lo. Lama banget tau nggak."

"Ya, sorry."

"Btw, Delan juga jago tau, Ra." Sahut Celine dengan mimik wajah terpanah melihat orang-orang yang tengah bertanding.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now