I.N.P -14-

24.9K 2.4K 37
                                    

Mendengar ucapan itu, tubuh Alvin seketika terpaku. Mereka masih setia menatap satu sama lain, bahkan waktu terasa terhenti dan orang-orang di ruangan itu pun layaknya mannequin.

Arra sendiri masih setia menatap lekat manik mata lelakinya, "Vin?" Panggilnya, tapi Alvin tampak tak mendengar.

Wajah Alvin benar-benar menatap Arra tanpa berkedip. Gadis itu sendiri semakin bingung akan tatapan lelakinya. Hingga tak lama, suara seseorang berhasil menghamburkan lamunan mereka.

"Ekhem... Harap melihat situasi, tahan-tahan jangan sekarang." Kalimat itu mampu membuat Alvin juga Arra tersadar. Mereka spontan menoleh ke sumber suara dimana Abio tengah cengengesan di samping sang istri.

Sontak Alvin melepas rangkulannya dari pinggang Arra, menggaruk tengkuknya yang bisa dibilang tak gatal, "Ekhmm--" dehem Alvin sekedar me-rileks-kan suasana.

Arra ikut salah tingkah, ia menggigiti bibir bawahnya, matanya mengelilingi sekitar seakan tak mau berkontak mata dengan abangnya sendiri. Sedangkan Alvin kembali diam, mengalihkan pandangannya kemana pun asalkan bukan menatap Abio.

"Santai-santai, becanda gue mah." Goda Abio dengan gelengan kepala. Melihat perlakuan suaminya, Sarah refleks mencubit pinggang lelaki itu.

"Aw- Aw- Aw--  sakit, Sar." Abio meringis begitu merasakan nyeri di pinggangnya.

"Makanya. Jangan dicomblangin. Kasihan Arra, malu tau." Decak Sarah.

Abio memutar bola mata malas, "Ya maaf, canda doang."

"Kebiasaan kamu." Ketus Sarah, ia beralih menatap kedua orang di depan, "Maaf ya, Ra. Kita ganggu. Kalian lanjutin aja, Kakak mau nyusul Bunda."

Arra mengangguk malu, "Eh--iya, Kak."

"Silahkan bisa dilanjutin. Nggak perlu malu-malu. Udah sah juga." Abio kembali menyahut, membuat Sarah langsung menarik tubuhnya pergi. Tanpa mengatakan apapun ke Arra juga Alvin.

Merasa tak ada gangguan, Arra refleks menatap Alvin kembali dengan senyum mengintimidasi.

"Cie... Salting, ya?" Goda Arra, tangannya menoel-noel lengan Alvin.

Alvin menatap jengah, "Pede."

"Masa, sih? Kok tadi bengong pas gue panggil? Cantik banget, ya, gue hari ini?"

"Ck nggak usah geer lo jadi cewek."

"Siapa juga yang geer? Perasaan nggak ada tuh. Gue cuma percaya diri."

Alvin tak menjawab, ia berniat melangkah pergi. Tapi, naas, lengannya lebih dulu di cekal Arra.

"Mau kemana?" Tanya Arra.

"Bukan urusan lo. Lepasin."

"Nggak boleh, lo harus sama gue."

"Siapa lo ngatur-ngatur?"

"Kan gue is--"

"Lo bukan siapa-siapa di mata gue. Sekarang, lepasin." Potong Alvin. Mau tak mau gadis itu menghela napas, berat hati ia melepaskan tautan tangan mereka.

"Lo lupa? Ntar kalo Papa lihat gimana?" Ujar Arra.

Alvin tak menggubris, ia langsung melangkahkan kaki. Tapi, lagi-lagi terhenti saat mamanya berjalan mendekat dengan seseorang wanita dewasa.

"Tuh 'kan, gue bilang juga apa." Kata Arra kembali, tangannya kembali merangkul lengan Alvin, "Drama bentar, Vin. Bisa?" Lirih Arra sedikit mendekatkan bibirnya ke telinga Alvin.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now