I.N.P -24-

25.4K 2.2K 80
                                    

~ Meski belum tau akankah jadi takdir, paling gak jaga dan hargai dia yang sekarang hadir ~
_i.n.p

✯✯✯

Saat Arra sampai di depan kelas, ternyata kelasnya terlihat sepi. Banyak yang tidur di belakang bangku, ada yang dibawah kolong meja, bahkan di atas meja dengan bangganya. Begitu pun juga kedua sahabatnya yang ternyata ikut menenggelamkan kepala.

Tak mau lama-lama, ia langsung masuk sedikit terburu-buru. Mengambil tasnya di bangku, tapi naas, Arra yang terlalu panik tak sengaja menimbulkan suara hingga membuat kedua sahabatnya yang tertidur spontan mendongak bersamaan.

"Eh, Ra! Mau kemana?" Tanya Celine dan Adel kompak. Sontak Arra berhenti melangkah, ia membalikkan badan menatap kedua temannya.

"E-- gue... gue mau balik, ada urusan. Soalnya, tadi Ayah nelpon suruh pulang." jawab Arra.

"Loh, kok tiba-tiba? Ini aja belum istirahat, Ra." Kata Adel.

Merasa buntu akan alasan, Arra langsung menyengir, "Y-ya namanya juga urusan, ya, mendadak lah. Udah ya. Gue balik dulu. Bye," pamit Arra. Sedangkan keduanya hanya mengangguk paham.

Arra pun berjalan meninggalkan kelasnya, tapi, ada yang janggal kala ia baru saja melewati kelas MIPA 3. Seseorang tiba-tiba muncul ikut berjalan keluar bersamaan dengan langkah Arra. Orang itu menatap Arra penuh tanya.

Gadis itu masih tak sadar, mungkin karena terburu-buru. Berjalan saja seperti berlari, tak menghiraukan tatapan orang sekitar.

Sesampainya ia di parkiran, Arra langsung menemukan sosok Alvin, "Itu apa orangnya." Buru-buru ia berjalan mendekati lelaki itu.

"Ekhem." Arra berdehem pelan sekedar menghilangkan canggung, "Nunggu lama, ya, Vin?"

Bukannya menjawab, Alvin memilih diam dan mengalihkan pandangan ke badan motor. Tangan kanannya memutar kunci lalu menyalakan motor itu.

"Ck, dijawab kek, Vin. Diem doang. Kamu nggak lihat ada aku?" Kesal Arra.

Tapi, sedetik kemudian. Arra semakin dibuat kesal kala Alvin dengan entengnya menjalankan motor tanpa menawarkan tumpangan padanya.

Sontak Arra terkejut saat motor lelaki itu berjalan pergi, "Eh, Vin! Berhenti dong. Aku belum naik!"

Bolak-balik Arra meneriaki Alvin, tapi naas. Alvin tampak menulikan pendengaran. Mau tak mau, Arra berusaha lari secepat mungkin untuk menyusul lelakinya itu.

Bisa dibayangkan, parkiran motor yang berada di belakang gedung sekolah dengan jarak yang terbilang cukup dekat dari gerbang utama. Otomatis, Arra harus bisa mengejar lelaki itu sebelum sampai di depan gerbang.

"ALVIN! TUNGGUINNNN!!" Jerit Arra berusaha agar Alvin mau mengehentikan motornya. Tapi, Arra lihat dari jarak jauh. Lelaki itu berhenti tepat di depan gerbang.

Napas yang tersengal-sengal dan keringat sedikit bercucuran, Arra kembali berjalan cepat ke tempat Alvin.

Sesampainya ia di sebelah Alvin, Arra menepuk-nepuk pelan jog belakang motor lelaki itu.

"Huh... Huh... Kamu punya dendam apa, sih, sama aku? Capek tau. Nggak kasihan apa? Jahat banget kamu, Vin." Omel Arra sambil mengatur napasnya. Sementara yang diajak bicara hanya menatap depan dengan santai.

"Gue nggak peduli." Singkat Alvin.

"Hah?" Arra mengusap keringat dipelipisnya, "Nggak mikir lo. Lagian ngapain jalan dulu tadi? Orang akunya aja belum naik."

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now