I.N.P -22-

27.9K 2.3K 40
                                    

Di sini lah gadis itu berdiri, setelah berangkat menggunakan kendaraan umum. Akhirnya, ia sampai tepat di depan gerbang sekolahnya.

"Huh... Telat nggak, ya?" Gumam Arra, kakinya langsung masuk ke dalam area sekolah yang terlihat sepi.

Berjalan melewati setiap koridor kelas, tak lama dirinya sampai di depan kelasnya. Baru saja kakinya masuk satu langkah, suara keras dari sahabatnya itu langsung menyambut.

"ARRA!! Astaga kangen banget gue." Jerit Celine, melangkah cepat mendekati Arra. Arra tersenyum kikuk, memang benar, ia tak mengabari sahabatnya itu. Bahkan membalas pesan dari Celine pun tak sempat.

"Maaf, ya, Cel. Gue lupa ngabarin lo," balas Arra.

"Lo tuh kemana aja sih, Ra? Ditelpon nggak diangkat, dichat nggak dibales. Kangen tau," sambung Adel dari belakang, ikut memeluk Arra.

"Iya-iya, maaf deh. Udah ih kalian jangan kenceng-kenceng meluknya. Leher gue kasihan," ujar Arra berusaha melepas pelukan kedua sahabatnya itu.

Mereka menyengir bersamaan, dan langsung melepaskan pelukan ke tubuh Arra, "Ya... Namanya juga kangen, Ra." cibir Celine.

"Tau si Arra, emangnya lo kemana aja? Tiga hari nggak ada kabar. Gue kira lo bakal pindah ke sekolah lain," ujar Adel.

Arra mendelik mendengar ucapan temannya itu, "Gimana mau pindah coba? Orang bentar lagi mau lulus," jawab Arra.

"Oh iya-iya. Tapi kemana aja?"

"Mm... Gue ada urusan keluarga." Bohong Arra sedikit menggigit bibir bawahnya, berdoa dalam hati agar kedua temannya itu percaya.

Celine tampak menautkan kedua alisnya bingung, tak lama ia mengangguk. "Oh gitu, terus kok nggak ada surat ijin?"

"Ayah gue langsung ke kepala sekolah katanya. Jadi, ya, nggak pake surat ijin. Gitu," jelas Arra. Mereka kembali mengangguk.

"Ya udah yuk duduk, pengen ngobrol banyak tau mumpung jamkos," kata Adel yang mendapat tatapan bingung dari Arra.

"Jamkos?" Tanya Arra. Adel dan Celine mengangguk mengiyakan, "Iya, Ra. Besok 'kan pertandingan basket. Lo lupa?" Jawab Celine.

"O---oh iya inget, jadi besok, ya? Gue kira masih lama."

"Iya, kayaknya emang besok. Orang mereka pada latihan, tuh." Ujar Celine, mengangkat dagu ke arah kedua orang lelaki yang berpakaian kostim.

Arra mengangguk, "Oh, gitu."

Mereka yang berniat mendekati bangku kembali malah tak jadi, begitu mendengar suara salah seorang siswa dari ambang pintu. Arra kenal pemilik suara itu.

"Sen, Lan, buruan." Ucap Alvin di ambang pintu, menyandarkan punggungnya ke sisi pintu sembari membenahi sehelai kain yang ingin dikaitkan di tangan kanannya.

Arra menoleh membuat kedua temannya ikutan, menatap laki-laki itu, "Kenapa, Ra?" Tanya Celine, sedikit menatap aneh akan pandangan Arra yang melihat Alvin.

"Tau. Itu Alvin, Ra, kalo lo lupa." Timpal Adel.

Alvin yang tak sengaja menatap Arra, langsung mengalihkan pandangan. Hingga sosok Ersen dan Delan yang berjalan ke arah Alvin, berhasil membuat pandangan Arra menatap kedua temannya sejenak.

Niatan Arra kembali menatap Alvin hanya untuk memberi semangat. Tapi, naas. Lelaki itu acuh dan membuang muka begitu saja. Justru senyumnya malah dibalas Ersen yang berjalan menyusul Alvin.

'Ck, senyum doang pelit.' batin Arra.

"Ra, udah ayok. Lo ngapain?" Ajak Celine, menggeret tangan gadis itu.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now