I.N.P -48-

59.3K 4K 569
                                    

Kepergian mama dan papa membuat Ersen berniat bertanya ke tante Alma.

"Maaf, Dok. Komplikasi yang anda maksud apa?" Tanya Ersen sopan.

"Komplikasi itu, dimana suatu penyakit sudah menyebar ke anggota tubuh lain. Menyebabkan bertambahnya penyakit pada anggota tubuh yang awalnya sehat jadi ikut terpengaruh. Dan Arra..." Tante menggantungkan ucapannya.

Ersen semakin ingin tau, "Arra kenapa, Dok?"

"Arra mengalami emfisema. Tapi, syukurnya tak sampai terjadi gagal jantung. Mungkin akibat Arra lupa sama pantangannya, jadi yang menurutnya sepele justru akan berdampak serius."

"Tapi... Arra bisa sembuh 'kan?"

Tante tersenyum simpul, "Saya belum bisa bilang apa-apa. Bahkan saya juga tak yakin, kamu banyak doa saja. Nyawa hanya ada di tangan Tuhan. Bukan dokter."

Ersen mengangguk paham, "Tapi Arra sudah sadar, Dok?"

"Untuk sekarang, belum ada reaksi apapun." Ersen lagi-lagi mengangguk paham.

Tante Alma yang ingin kembali melangkah, tapi tiba-tiba tak jadi kala suatu pertanyaan muncul, ia membalikkan badan menatap Ersen, "Kamu temannya Alvin? Dia kemana? Kok Mbak Alera kayak marah gitu tadi. Saya baru sadar, Alvin nggak ada di sini."

Ersen menggaruk tengkuknya, ia tersenyum kikuk, "E--ee, mungkin ada keperluan. Saya kurang tau."

Tante Alma mengangguk, "Ya sudah kalo gitu. Saya pamit masuk ke dalam." Ersen mengangguk sebagai jawaban.

Sementara bibi Nara kembali terduduk sambil memikirkan sesuatu. Tentang keadaan Arra, keluarga Arra, dan Alvin. Kenapa lelaki itu tak ada disaat Arra seperti ini.
.
.

"Kamu sudah ingat?" Ulang mama, lagi.

Mata Alvin memerah, menatap kembali papa dan mamanya bergantian, "Sekarang Arra mana?" Ia berucap lirih. Mulutnya sedikit gemetar, "ARRA MANA!"

Papa tersenyum menyeringai, "Ngapain kamu nyari Arra? Kemarin-kemarin kemana aja? Sibuk sama Bella?"

"Percuma kamu nanya Mama sama Papa, Alvin. Karena Mama sama Papa nggak akan ngasih tau ke kamu." Jawab mama enteng.

"Mama sama Papa nggak bisa kayak gini! Bilang sama Alvin!" Alvin berdecak marah.

Mama tersenyum simpul, "Kenapa nggak bisa? Bukannya kamu juga bisa semau kamu sendiri? Kenapa kita nggak?"

"Mah! Alvin mohon." Alvin menggenggam tangan mamanya. Tapi, seketika mama Alera langsung melepas.

Alvin tersulut kesal, ia beralih menatap papanya, mencengkeram erat kerah kemeja papanya itu, "Pah! Dimana Arra? ARRA KEMANA, PAH?!"

Sayangnya percuma, bentakan itu tak berhasil membuat mereka membuka mulut. Justru papa melepas cengkraman tangan anaknya itu, berjalan keluar rumah meninggalkan ruang tamu. Tanpa berkata apa-apa.

"Pah! Argh--!!" Alvin mengusap rambutnya kasar.

Mama mendekat, menepuk pelan pundak Alvin, "Tau kata berjuang 'kan? Kalo gitu, perjuangin Arra. Sebelum teman kamu yang mengambilnya."

Setelah mengatakan itu, mama Alera ikut berjalan pergi menyusul suaminya.

"Teman?" Bingung Alvin, "Apa maksud Mama?"

Mama yang berjalan sedikit jauh lantas berhenti, membalikkan badan sejenak, lalu berkata, "Teman kamu, Ersen."

Jdyar

Pintu tertutup rapat, sementara Alvin masih mencerna ucapan mamanya, "Ersen? Dia tau Arra dimana?"
.
.

Ting

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now