I.N.P -46-

45K 3.5K 106
                                    

Arra menggeleng pelan, ia sedikit mengacuhkan kedua sahabatnya yang tiba-tiba ikut muncul, "Gue pengen pulang."

"E--ee ya udah. Anterin pulang, Sen. Urusan ijin biar gue sama Celine yang buat." Ujar Adel menatap Ersen panik.

Celine mengangguki, "Buru, Sen. Gue takut Arra kenapa-kenapa nanti."

"Ya udah, gue bakal bawa dia balik. Tasnya lo ambil buru, gue tunggu di parkiran." Ucap Ersen lalu mengangkat tubuh Arra.


Mereka mengangguk, cepat-cepat berjalan menuju ke kelas, sedangkan Ersen membawa Arra ke parkiran sekolah.
.
.

Alvin sampai di kelas, duduk dengan mencengkeram erat kepalanya, ucapan Arra benar-benar membuatnya gila.

"Vin, liat mataku."

"Kamu bisa lihat 'kan? Ada kamu, Vin. Ada kamu di sana. Kamu lihat 'kan?"

"Lihat mataku, Kak."

"Kakak bisa lihat 'kan? Ada kakak di sana. Kak Panci lihat 'kan?"

Kedua kalimat itu benar-benar membuat Alvin semakin bingung, ia merasakan ada beberapa kesamaan bahkan hampir sama. Antara gadis kecilnya, dengan Arra.

'Gue kenapa, sih?! Kenapa gue ngerasa bersalah gini? Bukannya gue harus seneng? Bentar lagi gue nggak satu rumah sama tuh cewek.' batin Alvin.

Bagas dan Delan hanya bisa melihat Alvin dengan pandangan bertanya-tanya.

"Vin, kenapa lo?" Tanya Delan. Sementara Alvin malah diam sambil menggelengkan kepala.

Bagas ikut malas, "Cerita aja, Vin. Kayak orang bingung gitu lo."

Celine dan Adel yang sampai di kelas langsung melangkahkan kaki ke bangku Arra. Mengambil tas gadis itu. Membuat perhatian Alvin tertoleh ke arah mereka.

Baru saja mereka mau berjalan keluar, tiba-tiba ucapan Bagas membuat keduanya berhenti sejenak.

"Eh. Eh. Mau kemana bawa tas Arra? Dia mau balik?" Celetuk Bagas yang ikut sadar akan kedatangan mereka.

"Iya. Kenapa emang?" Balas Adel.

"Ahhh... Udah-udah. Kita buru-buru." Tak pikir panjang, Celine langsung menarik tangan Adel keluar kelas.

"Yeee... Songong amat."

Melihat kepergian mereka dengan tergesa-gesa, Alvin kembali terpikirkan akan apa yang terjadi sama Arra, 'Ngapain mereka bawa tasnya Arra?' batin Alvin.
.
.

"Ra, lo jangan sampai kenapa-kenapa." Ersen menjaga tubuh Arra agar gadis itu tak limbung.

Mereka sampai di parkiran beberapa menit yang lalu, Ersen dan Arra sudah berada di atas motor, dengan tangan Ersen yang terus memegangi pinggang Arra dari depan. Takut-takut gadis itu terjatuh, mengingat tubuh Arra sangat lemas.

"Oh iya, Ra. Buat omongan gue tadi, lo jangan masukin ke hati. Gue cuma--"

"Nggak papa, Sen. Santai." Arra bergumam lirih dari belakang pundak lelaki itu.

Ersen mengangguk mengiyakan, biarpun sebenarnya tak ada kebohongan yang ia ucapkan tadi.

Tak lama, sosok Celine dan Adel datang dengan terburu-buru.

"Nih, buru pulang. Lo harus istirahat ya, Ra. Nggak boleh kecapekan, kalo perlu nggak usah berangkat dulu." Ucap Celine memegangi pundak Arra, sesekali ia menghapus bekas darah di wajah gadis itu, "Sakit pasti ya, Ra?"

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang