I.N.P -16-

25.1K 2.2K 15
                                    

Sempat tersentak saat pintu tertutup lumayan keras, Arra mencoba tenang, "Huh... Tenang, Ra. Lagian lo pede banget, sih, jadi orang?!"

"Kenapa juga harus Alvin? Kenapa nggak dijodohin sama badboy aja, kalo nggak ketua geng juga boleh. Kayak dicerita yang gue baca. Daripada cowok dingin tapi ada pawang. Males." Lanjut Arra, sesekali menghentakkan kakinya kesal.

Ia kembali berjalan ke lemari pakaian. Diambilnya baju-baju yang menurutnya perlu, bajunya dan baju Alvin. Ditaruhnya barang-barang itu ke atas ranjang. Dan sekarang, tinggal menarik koper yang sampai sekarang belum juga keluar, "Argh--!! Gue sumpahin nih lama-lama."

Krekk

Arra terpental begitu kopernya berhasil ia tarik, "Aww---" sedikit nyeri dibagian pantat membuat ia semakin kesal.

Pelan-pelan ia bangkit, menaruh satu persatu baju-baju itu ke dalam koper. Setelah selesai, ia berganti mengambil setelan bajunya yang sudah ia siapkan di sisi koper. Berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
.

Seusai acara mandi, Arra berjalan turun ke lantai bawah. Pasti mertuanya sudah menunggu di sana.

"Eh, Arra. Udah selesai beres-beresnya?" Tanya mama begitu melihat sosok Arra yang berjalan mendekati meja makan.

Arra mengangguk dengan tersenyum manis, "Iya, Mah. Baru aja selesai."

"Ya sudah. Sini, buruan sarapan." Kata mama yang dibalas anggukan kembali oleh Arra.

Arra ikut duduk di salah satu kursi meja makan, tepatnya di sebelah Alvin. Tapi, apakah lelaki itu menyadari? Ah, sepertinya tidak. Melirik Arra saja sangat malas bagi Alvin. Apalagi membuang tenaga sekedar menggeser bola mata.

"Oh iya, Ra. Nanti kamu langsung ambil koper kamu, ya. Kita berangkat ke rumah baru kalian." Ujar Papa di tengah-tengah kegiatan sarapan.

Arra lagi-lagi mengangguk, "Iya, Pah."

Seusai percakapan singkat itu, mereka mulai sibuk memakan sarapan. Alih-alih Arra sedikit mencuri-curi pandang sekedar melihat wajah Alvin, tapi naasnya lelaki itu hanya terdiam sedari tadi. Seperti tak menganggap ada sosok lain di sampingnya.

'Gitu aja terus. Senyum dikit aja nggak bisa.' batin Arra kesal.

Tak lama, satu persatu dari mereka selesai sarapan. Lebih tepatnya, Alvin yang selesai lebih dulu dan disusul Arra.

"Alvin tunggu di luar." Kata lelaki itu tiba-tiba.

Sontak Arra refleks menoleh, "Nggak tunggu kita dulu?"

"Nggak." Balas Alvin ketus.

Lagi-lagi Arra menghela napas, "Ya udah. Aku ikut. Bentar mau ambil koper." Ia beralih menatap kedua mertuanya, "Mah, Pah, Arra sama Alvin nunggu di depan. Kalian siap-siap dulu aja."

"Iya, Arra. Nggak ada lima menit nanti Mama udah selesai." Jawab Mama.

Arra membalas senyuman, buru-buru ia bangkit bergegas menuju ke kamarnya berada. Untuk mengambil koper pasti.

Melihat itu, Alvin mengepalkan tangannya di bawah sana. Kesal? Marah? Emosi? Sudah pasti.

'Arghh--! Tuh cewek bener-bener bikin gue muak. Sok banget itu muka.' batin Alvin sembari menggertakkan gigi-giginya dalam diam.

Papa Rama yang melihat anaknya masih mematung jadi menatap bingung, "Alvin. Ngapain kamu masih di sini? Sana bantuin Arra."

"Biarin sendiri. Alvin capek." Ketus Alvin. Mama yang ingin menyuap sesendok nasinya tak jadi, ia membanting sendok itu kembali ke piring. Sampai-sampai nasinya ada sedikit yang terpental.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now