I.N.P -20-

33.9K 2.7K 4
                                    

Sesampainya Arra di depan minimarket, ia buru-buru keluar dari taksi. Berjalan memasuki minimarket dan mengambil salah satu keranjang. Melangkah menyusuri setiap sudut minimarket.

"Mm... Apa aja, ya?" Gumam Arra seraya menatap jejeran sayur hingga buah-buahan di sana. Tak mau lama-lama, ia bergegas mengambil sayur yang dirinya suka, "Nah, udah lumayan penuh."

Seusai acara memilih beberapa kebutuhannya, Arra langsung berjalan ke kasir. Memberikan keranjang yang ia bawa pada mbak kasir.

"Ini, Mbak." Ucap Arra.

"Bentar, ya, Kak." Kata mbak kasir yang dibalas anggukan kepala dari Arra. Menunggu belanjaannya selesai, tak sengaja matanya menangkap objek yang menarik pandangannya. Sebuah Caffe di seberang minimarket.

'Ada caffe ternyata, bagus juga. Nanti ke sana, ah. Jarang-jarang juga keluar rumah.' batin Arra menatap senang.

Tak lama belanjaannya selesai, mbak kasir itu menyodorkan belanjaan Arra, "Ini, Kak. Totalnya seratus sepuluh ribu, ya, Kak."

"Oh, iya. Ini, makasih."

Begitu selesai dengan kebutuhannya, Arra bergegas ke Caffe seberang jalan.

"Rame juga ternyata," gumam Arra begitu ia sampai di dalam Caffe. Menelusuri setiap sudut ruangan itu. Berharap ada satu meja kosong untuknya duduk.

Tapi, saat ia sibuk menatap sekeliling tiba-tiba seorang pramusaji menyapanya.

"Malam, Kak," sapa pramusaji itu. Mendengar suara seseorang, Arra langsung menoleh.

"Oh iya. Masih ada meja kosong nggak, Kak?" Tanya Arra.

"Maaf, ya, Kak, sebelumnya. Mejanya penuh semua, kalo Kakak mau bisa nunggu di kursi sana. Banyak juga yang menunggu," ujar pramusaji itu dengan sopan seraya menunjuk ke arah kursi di pojok caffe, dimana banyak juga yang menunggu pesanan.

Arra ikut menatap arah yang orang itu tuju, "Ee--- nggak usah deh, Kak. Makasih."

"Iya, Kak, maaf sebelumnya. Permisi." Jawab pramusaji itu, berjalan meninggalkan Arra. Mau tak mau Arra pun berjalan kembali ke pintu keluar. Toh menunggu juga melelahkan.

Tak berselang lama, tinggal dua langkah lagi dirinya sampai di depan pintu, tiba-tiba seseorang mencekal tangannya.

Grep

Sempat kaget, Arra refleks menoleh ke belakang. "Eh? Ersen?" Ia masih tak percaya akan bertemu orang yang ia kenal di sini.

Merasa dipanggil, Ersen langsung tersenyum manis, "Malam, Ra."

"Eh, iya, malam. Kok lo bisa ada di sini?" Tanya Arra.

"Duduk dulu, nggak enak ngobrol sambil berdiri," ujar Ersen, menarik tangan Arra tanpa persetujuan gadis itu.

"E--eh? Nggak ada meja, Sen." ucap Arra di tengah-tengah langkah mereka. Ersen tak menggubris, ia tetap melangkahkan kakinya.

Tak lama mereka sampai di salah satu meja di bagian pinggir Caffe, tepat di sebelah jendela. Ersen membalikkan badan menatap Arra.

"Siapa bilang nggak ada meja?" Ucap Ersen, mengangkat dagu mengarah ke meja di sampingnya.

"Loh? Tadi kakaknya bilang nggak ada,"

"Ada, Ra, ini meja gue. Duduk." Perintah Ersen langsung duduk lebih dulu. Begitu melihat Arra masih tak bergeming, ia mengangkat dagu ke arah kursi di depannya, "Duduk, Ra."

Sempat termenung sejenak, Arra langsung mengangguk kikuk, "I-iya."

"Mau pesen apa?" Tawar Ersen sembari memberikan buku menu ke Arra.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANWhere stories live. Discover now