Magic Door (22)

799 67 12
                                    

"Musuh tak mengenal tempat dan waktu, ketika mereka siap dengan senjata dan niat maka kepala pecah yang akan menjadi bidiknya."

(Author **** POV)

Pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang begitu berani bertanya dengan satu hal pribadi dalam hidupnya. Selama dia menjadi seorang ketua dalam team ini tak satupun orang berfikir untuk mencari tahu. Bahkan Jimin yang merupakan orang terdekat sekalipun.

Wonwoo membenarkan kacamatanya, dia memang melihat mimik wajah tak nyaman itu dengan seksama. Tak tahu malu seperti anggapan Yoongi lantaran dia seperti di paksa untuk menjawab pertanyaan. "Bagaimana kedekatan mu dengan Seokjin. Bukankah kalian sempat kenal, sepertinya begitu saat aku lihat interaksi kalian yang kaku dan canggung." Ada tawa renyah disana sekedar memberikan kesan bahwa dia cukup bersahabat dengan ketuanya.

Bukan Yoongi namanya jika dia begitu saja membeberkan apapun mengenai dirinya. Jimin tidak ada disini maka tidak ada alasan untuk memecahkan suasana yang bisa dikatakan serius sekarang. "Untuk apa kau sangat ingin tahu anak buah paling baru. Apakah kau ingin diajari oleh dia cara mengatasi daya ledak tinggi?" Yoongi memberikan senyuman manisnya dia ingin lihat bagaimana Wonwoo dalam berkomentar.

Dimana tangan itu tadinya sibuk mengutuk aplikasi, kini dia langsung tutupkan benda elektronik itu. Wonwoo menoleh dan mengulas senyuman ramahnya, justru dia seperti memberikan tantangan pada ketuanya. "Boleh saja, jika kau bisa pertemukan aku dengan temanmu itu. Ah... Apa aku akan minta tolong dengan anak buah mu tadi, kalau tidak salah namanya Jung Hoseok. Aku bisa minta tolong bukan? Siapa tahu aku akan menemukan hal seperti ini dan aku bisa membantu."
Dia menyenggol akrab ketuanya tapi Yoongi tersenyum dengan miring.

"Tidak semudah itu, karena Hoseok sibuk dengan tugas utamanya dan Seokjin bukan anggota ku maka tidak akan mungkin untuk dia mengajarimu. Karena dia punya persepsi sendiri, biar aku katakan padamu. Kalau Seokjin adalah orang yang pelit dengan ilmu." Tersenyum manis dan palsu. Langsung saja dia pergi setelah memberikan tepukan yang berarti kerja bagus.

Wonwoo melihat hal itu sebagai sebuah alasan, alasan tidak jelas. Dimana manusia pasti akan membagi ilmu sekecil apapun itu. Dia semakin penasaran dengan kehidupan ketuanya juga beberapa orang yang menurutnya sangat mumpuni bertanggung jawab dalam menjalankan tugas. Dia mencatat dalam ingatan di otaknya, saat dia tersenyum penuh kemenangan. Tangannya memang terluka tapi niat dan nyalinya tidak akan demikian.

"Wonwoo bisakah kau membantuku membalut luka di punggung belakangku, aku tidak bisa melakukannya sendiri." Seseorang menepuk pundak itu, dia menahan sakit dengan wajah pucat nya. Tentu saja Wonwoo yang dimintai tolong itu tidak menolak dia memang belajar dari orang lain harus saling tolong menolong. "Baiklah, berbalik lah aku akan membantumu. Jika kau merasa tidak nyaman bilang saja oke."

Rekannya mengangguk dengan senyum yang menganggap bahwa dia merasa beruntung dan tertolong. "Kau baik sekali, aku fikir tadi kita akan mati. Syukurlah kalau ada yang menyelamatkan kita, memang dia terlalu cerdas. Andai saja dia kelompok kita pasti akan mudah." Dia bercerita dengan sendirinya, seolah itu adalah hal paling dicari oleh Wonwoo. Siapa sangka dia mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu. Mumpung ada celah dia akhirnya memutuskan untuk mengusik info dari orang yang dia anggap sebagai pria bodoh.

"Kau tahu soal seseorang tadi, bisa kau katakan siapa dia. Aku ingin tahu, karena aku juga baru disini. Setidaknya sebagai seorang teman aku berhak juga untuk tahu, benar bukan?" Satu bujukan tanpa ada kata dia akan mendapatkan kegagalan. Terlebih cara bicaranya dia buat hangat. Sehingga satu orang bisa diperdaya, memang benar dia harus mendapatkan info dari bukan yang mengenal info lengkap. Tapi seseorang yang lemah komunikasi dan bisa di pengaruhi.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang