Angry Mom (51)

855 75 6
                                    

"Otakku penuh dengan kata kasar setelah perang saudara ini. Kapan fitnah ini segera berakhir?"

.....

Ketentuan saat dia pertama kali masuk ke dalam dunia disiplin. Saat ini dia malah di tekankan untuk memilih kedua majikan, entah yang benar atau tidak yang jelas dia tidak mau terjebak dalam kesalahan fatal dan membuat satu orang atau lainnya terbunuh tanpa alasan.

"Park Jimin, siapa yang akan kau pilih!" Minseok justru berseru keras. Membuat pemuda itu menatap keduanya bolak-balik beberapa kali. Bibir telah kering dengan kepala yang mendadak pusing. Jimin tidak suka perdebatan egois juga ledakan dimana-mana sampai dia sendiri juga takut kalau lambungnya kena peluru. "Kenapa hal seperti ini terjadi padaku, jika Suga disini aku pasti bisa memilih mana yang benar dan tidak." Entah kenapa dia ingin sekali pria sipit itu datang.

Sungguh bijaksana jika dia ada disini. Saat ini ketua sedang sibuk mengalahkan musuh dan dia tahu akan hal itu.

Saat ini Jimin tidak memihak siapapun. Menjadi orang netral adalah perkara bagus ketika dia tidak merasa yakin akan keduanya. Kesalahan itu bisa diubah tapi jika kematian seseorang tidak mampu dihindarkan.

"Tuan Minseok. Maaf kalau aku ikut campur, jika kau bisa menyelesaikan ini. Kita belum terlambat karena masalah ini terjadi antara Anda dengan kakak anda." Jimin ada benarnya juga. Dia tidak semestinya mengatakan hal ini terlebih konflik disini cukup memanas. Sisi pandang saat ini dia melihat kalau Minseok dan juga harta warisannya memang membuat masalah terus menerus.

"Katakan pada Jungkook juga Taehyung tentang semua seknario mu suamiku. Kau sudah membuat kedua anak kita menderita, apakah kau sadari hal itu?" Disini Nana paling waras dan tak naif soal harta juga kedudukan. Kalaupun dia miskin, setidaknya dia akan membuka usaha kecil agar bisa makan dan hidup termasuk ke dua anaknya. Jika dia tahu kaya akan membuat kesengsaraan bagi kedua putranya lebih jauh.

Terkadang dia heran kenapa ada satu pria di depannya tidak bisa berfikir logis. Sekarang dia tahu bahwa kakak dari suaminya cemburu dan iri. Dia juga tahu bahwa suaminya sudah banyak mengambil hak adiknya, padahal seingat dia mertuanya sangat adil pada anak-anaknya.

"Kau harusnya bercermin dengan ayahmu, suamiku. Dia tidak ingin membedakan putra satu dengan lainnya, bahkan istrinya juga banyak seperti mu. Sekarang kau justru mengkhianati hasil yang sudah dibuat dengan wajar."

Minseok mendapatkan setiap hak suami untuk mendapatkan ceramah penuh arti dari seorang istri.

Tapi dia sama sekali tidak berubah karena tabiat seperti itu sudah ada sejak dia kecil. Jika begini, tidak ada yang menyalahkan siapa yang salah. Terlihat jelas bahwa sebenarnya semua terjadi begitu saja. "Suamiku, aku tahu kau adalah orang baik. Aku sempat mencintaimu karena hal ini. Kenapa kau bisa se-picik ini dengan kedua anakmu?" Ingin menangis tapi dia tidak sanggup. Atas nama kedua orang tuanya dia malah malu pada kedua putranya.

Apa yang patut dibanggakan oleh kedua putranya?

Ayah mereka menjadi penjahat secara tak langsung. Saat keberanian muncul, dengan kedua tangan menjatuhkan senjata laras panjang itu ke tanah. Jimin melihat bahwa subjek wanita terlihat sangat adil dan memberikan kompensasi yang begitu mantap. "Kalau kau ingin menjadi ayah yang baik. Kau harus melindungi Kedua putramu secara utuh. Bukan menghabisi satunya agar si bungsu menang secara penuh." Dia kesal dan justru mendorong dada itu dengan ujung jarinya. Sebisanya mungkin dia membuat kesadaran penuh untuknya.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now