Rival (45)

545 53 2
                                    

"Semua hal terjadi secara tidak pasti. Alasan bercanda adalah sesuatu yang basi, tidak mungkin mudah menggapai impian. Tapi menolak keberuntungan merupakan hal yang cukup mudah."

(Author ***** POV)

Bau ramen memang menggoda bagi mereka yang keroncongan. Waktu menunjukkan petang dan Taehyung sejak tadi diam saja. Hanya duduk di bangku tempat makan sendirian. Mengamatinya dengan pandangan tanpa minat saat satu mangkuk besar itu menjadi hidangannya.

"Kapan kau akan makan Taehyung Hyung. Sejak siang tadi setelah di restauran hanya aku saja yang makan." Jungkook depresi karena dia tidak bisa melihat kakaknya kelaparan. Dia tidak bisa membuat perut itu menangis karena tidak mau diisi. "Bisakah kau singkirkan makananmu? Aku tidak suka Jungkook." Bicara dalam nada anjlok.

Rasanya sangat di sayangkan. Dia saja sudah membuat masakan ini dengan sungguh-sungguh. Berharap sekali jika kakaknya mau makan.

"Jangan begitu. Paling tidak masukan beberapa sendok ke dalam mulutmu." Dengan sopan dia menyodorkan satu mangkuk dengan satu telur yang masih utuh juga. Taehyung memperhatikan bagaimana dirinya seperti orang rakus juga. "Kau pikir aku bisa menghabiskan nya?" Dia malah bertanya dalam nada membentak. Secara logika dia mendapati adik yang bodoh dan keterlaluan polosnya. Dalam keadaan sangat terpaksa. Mengambil satu mangkuk besar itu dan menggunakan sumpit untuk mengaduk.

"Jika saja aku bisa membuatmu mengerti maka sudah aku lakukan. Sepertinya kau memang telah bodoh." Dalam satu kali jitakan. Menahan sakit dengan memejamkan mata beberapa detik saja. Tangan itu juga mengusap cepat. Oke, ini tidak masalah. Selama Taehyung tidak memukul Jungkook dengan ujung tajam goloknya yang tajam.

Terkadang Taehyung tidak bisa mengerti bagaimana adiknya suka dan tidak disukai. Semestinya semua yang menjadi persoalan adalah, bagaimana mereka berdua harus menjadi akur. Selama ini Taehyung hanya dalam satu pihak permusuhan. Jika seperti ini siapa yang akan di salahkan. Rasa malu dalam dirinya lebih besar ketimbang perutnya yang tak jauh bedanya dengan karung beras ketika kelaparan.

Jungkook beranggapan dia seperti panekuk lilin yang meleleh. Bagaimana tidak? Melihat kakaknya makan dengan lahap saja membuat hatinya meleleh seperti es yang mudah mencair.

"Kau harus tahu bagaimana aku bahagianya sekarang. Andai saja Hobi Hyung ada disini. Dia pasti juga sependapat denganku." Bersyukur sembari memberikan waktu pada Taehyung untuk bisa menikmati hidangan tersaji. Begitu sederhana juga instan. Predator itu sadar bahwa sesungguhnya, Jungkook lah yang menjadi salah satu objek dimana dia bisa menjadi lebih dari ini.

"Jungkook. Apakah kau tidak tahu tentang sesuatu begitu penting dalam hidupmu?" Tarik ulur dalam mata. Biasanya orang akan menggunakan tapi pancing. Ini seperti muslihat dimana Taehyung ingin membeberkan semuanya. "Kalau saja kau peka. Kau akan menemukan jawabannya. Tapi sepertinya tidak. Kau terlalu lama menjadi bodoh." Ungkap Taehyung secara pasti. Sementara Jungkook masih memahami walau dia tidak tahu soal apapun.

Dia masih menikmati makanan dengan pelan sembari mendengar secara pasti apa yang sedang ingin dikatakan oleh Taehyung. "Tolong jelaskan padaku. Aku memang orang yang bodoh." Jungkook menangis sembari memasukkan makanannya. Dia sebenarnya paham, tapi kejujuran sang kakak adalah aji baginya.

"Hosoek. Dia siap mati untukmu. Apakah kau tidak curiga, ayahmu... Ibumu... Seokjin Hyung dan semua pengawal mu." Taehyung mengatakannya dengan mimik hati-hati. Tangan itu saja menjatuhkan kedua sumpit di antara jarinya sampai bunyi denting pada mangkuk itu keluar. Taehyung tahu bahwa dia salah telah mengatakan sebuah musibah tragedi seperti ini secara gamblang.

Tuhan akan semakin marah jika anak manusia di depannya ditipu.

Saat dia hendak mengambil air minum segelas, demi menetralkan tenggorokannya yang kering. Tiba-tina listrik padam, berganti dengan suara keras sampai membuat apartemen sedikit bergetar. Ini seperti ledakan bom atom begitu besar sampai membuat pandangan mata mereka melihat percikan api dari arah selatan.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now