Bad Dream (42)

566 53 9
                                    

"Mengatakan kejujuran adalah hal tersulit. Tapi lebih menyakitkan ketika kebohongan telah membuat semua hubungan menjauh sekarang."

(Author **** POV)

Ada kalanya manusia bisa menyerah. Ada kalanya kebohongan terkuak ketika Tuhan menepuk tangannya dan berkata "jujurlah takdir." Mungkin saja ini seperti kabar dongeng masa kecil bodoh. Selalu saja dicekoki khalayan bodoh yang tak ada gunanya sama sekali. Taehyung tak pernah percaya mitos.

Sampai sekarang pedoman itu ada. Di sisi lain pagi kali ini cukup merepotkan karena dua orang di belakang sana berseru ketus hingga berdengung di kedua telinganya. Beruntung sekali sang kakek di titipkan pada tetangga yang bisa dikatakan cukup tanggung jawab. Bahkan Taehyung membayar segala kebutuhan sang kakek secara penuh.

"Bisakah kalian diam. Aku saja berjalan tidak bisa konsentrasi. Bukankah kalian akan tenang dan membantu!" Dia marah, bahkan ketiganya sudah sampai di kota besar. Hoseok tidak bermaksud melanggar perintah untuk tetap memaksa Jungkook di desa. Dia tahu dan hafal bagaimana keras kepalanya dia. Begitu juga Taehyung yang tidak pernah mau mengalah kini seolah ingin membantu nya.

"Taehyung, aku masih tidak percaya padamu. Tapi jangan lakukan hal bodoh yang bisa membahayakan tuan muda."

Merasa disalahkan membuat kedua matanya memicing. Ini pencemaran nama baik, dia tidak terima sampai akhirnya dengan mudah dia melempar botol bekas air minumnya. Mendarat tepat di puncak kepala sampai pemuda itu tertawa kekeh.

"Kasihan sekali. Aku pikir kau bisa menghindarinya. Padahal selama ini kau bisa menghindari peluru ku." Tatapan ketus. Pandangan matanya menjadi buram karena terlalu banyak tertawa sampai menangis. Jungkook menubruk pinggang itu pelan dengan maksud jika kakaknya tidak sopan. "Bisakah kau tidak melakukan itu. Aku merasa kita mengalami kesalahan." Ucapnya dengan lirih.

Taehyung menggeleng. Dia tidak menyangka kalau adiknya terlalu patuh. Tunggu, kenapa dia sama sekali menganggap Jungkook bagian keluarganya? Sepertinya dia kurang minum hingga konsentrasinya buyar. Dia bahkan berjalan lebih dulu dan mengamati sekitar. Kenyataannya ketiga orang itu mengamati sekitar. Hoseok berdoa semoga saja orang di depannya dikutuk menjadi kambing cengo.

"Hoseok Hyung, apakah siang ini akan terjadi penyerangan?" Jungkook sedikit takut. Dimana kedua matanya menerawang dengan dua air mata hampir jatuh dari tempatnya. Dia tidak bisa menerima kebenaran ini. Ayahnya bahkan tidak mau menghalangi rencana ini, kabarnya kedua keluarga saling bergelut. Taehyung juga tahu tapi dia sendiri terlihat lebih tenang. Mungkin saja dia tidak ingin nampak pengecut.

"Kau sudah tahu dan kemungkinan besar hal itu bisa terjadi. Meski siang hari tidak dilakukan tapi jika malam bisa saja akan lebih parah seperti ledakan." Hoseok melihat sekitar dan tidak ada siapapun yang mendengarnya. Mungkin saja ini adalah tempat teraman, apalagi ada banyak musuh yang bisa saja bersembunyi atau menyamar. Tangan dan matanya sibuk pada benda yang merupakan senjata mematikan dari dalam tasnya.

"Kalau begitu akan ada banyak korban. Aku ingin menghentikan ini. Kemungkinan besar ayah akan mendengarkan kataku." Dia memainkan jemarinya. Jika saja dia tahu bahwa efek dari seorang pewaris akan seperti ini. Sudah dari dulu Jungkook akan lepaskan statusnya dan ikut sang ibu. Mungkin saja Taehyung lebih pantas mendapatkannya, selain pintar dia juga piawai dalam menangani sesuatu.

Tidak seperti dirinya, manusia bego.

"Mungkin tidak akan bisa. Karena aku tahu bagaimana keras kepalanya tuan Minseok. Ibumu saja belum tentu mampu meluluhkan hatinya. Hanya ibunya Taehyung saja yang dulu punya pengaruh kuat. Seperti kata paman, yang tak lain ayahnya mendiang nyonya Hera." Dia menumpahkan segalanya agar tidak terlalu penuh. Dia membuang sebagian bajunya, tidak ada guna baginya karena pada dasarnya kain seperti ini bisa dicari lagi.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now