Latitude (54)

1.2K 67 3
                                    

"Aku butuh gagasan yang tepat untuk menjawab ini semua."

.

Taehyung berjalan begitu percaya diri ke depan. Saat ini nafasnya tidak lagi berat, lirikan mata dengan catatan kriminal di belakangnya hanya suatu kebebasan yang majemuk. Kala waktu tak bisa menjawab, tapi takdir bisa berkata bahwa dia benar melakukan ini semua.

Seorang ayah datang dengan membawa berkas baru di tangannya. Satu harapan besar dengan mereka yang tak bisa lagi bicara banyak. Jungkook masih menangis ketika kedua matanya menatap sedih. Anaknya menangis dan seorang Kim Nana menjadi sangat perih dan memprihatinkan.

"Hentikan semua kebodohan ini. KAU MELAKUKAN KESALAHAN BESAR KIM HERA!" gertaknya di bagian akhir. Istrinya tidak peduli akan emosi yang nampak di depan matanya. Taehyung melihat ayahnya bisa meledak sebesar ini. Pada kalanya bibirnya mengulas senyum untuk membuang semua prasangka buruk, sempat timbul keinginannya untuk menyelesaikan semua ini menggunakan caranya.

Taehyung layaknya seorang tumbal.

"Tahu apa kau? Aku datang kesini untuk menjemput putraku dan haknya. Kali ini dia mengacungkan pistol itu di depan mukanya. Wanita itu sampai tidak mau sama sekali mengerti dan memahami situasi, bujukan sang anak seperti tak berdaya. "Kim Taehyung diam lah! Ini adalah urusanku dengan ayahmu!" Kata seorang ibu itu tegas. Bahkan kedua matanya tak mampu menyiratkan sebuah kebohongan.

Kata menusuk akan selalu lahir dan terus berkembang serta mengganggu sebagian kehidupan manusia.

"Aku ter-magu ketika ibu bicara seperti ini. Apa yang ibu pikirkan ini adalah keadaan terburuk? Tidak... Justru aku merasa bahwa ibuku seperti wanita gila yang serakah." Taehyung berkomentar lagi. Dia mendengar bagaimana Seokjin berseru mengingatkan akan cara bicaranya yang bisa membuat suasana jauh lebih buruk dari ini. Seokjin hanya bisa menggeleng kepala tak sangka, dia juga berat mendapati seorang ibu hendak membunuh anaknya.

Senjata adalah musuh manusia yang nyata, bukan permainan yang bisa digunakan oleh anak-anak secara sembarangan.

"Anakku masih kecil dan bayi. Selamanya akan begitu di depan mataku. Aku tahu kau sangat sayang padaku, aku ingin kau memahami. Kalau kau menurut, maka kehidupan mu jauh lebih baik." Sang ibu menatap penuh sayang pada ibunya. Dagu sang anak di belai dengan maksud mencuri perhatian. Apakah dia sadar dengan semua kerusakan dibuat olehnya. "Tapi ibu tidak melihat kesalahan dan justru membuat semua tempat layaknya tempat sampah." Seorang anak membutuhkan keadilan.

Kedua air mata jatuh, semua orang yang menggunakan senjatanya belum melanjutkan tugas mereka. Hera melarang mereka untuk melakukannya, dia sudah mencium ada kesepakatan terjadi. Aksi akan segera selesai sama seperti Seokjin menjinakkan bom di tangannya itu. Dengusan sebal, melawan semua yang menjadi beban dalam hidupnya. Sama halnya dia harus melawan nafsu dunia dan keinginan yang selalu dia dambakan untuk kata masa depan.

Taehyung merasa lemah sekarang. Dia melihat bagaimana seorang tangan ibu mengacungkan pistol di depan Jungkook. Tak ada yang bisa untuk menyerangnya, lantaran begitu banyak orang yang juga menodongkan pistol ke arah mereka.

"Ibuku bukan penjahat. Aku selalu percaya dengan hal ini." Dalam satu hentakan kuat dan melepaskan sesuatu dari satu kepalan kuat di tangannya. Genggaman itu luas dengan jemari yang tidak lagi memegang  beban di tangannya. "Saat semua berfikir kalau aku penjahat. Rupanya ibuku sendiri penuh dengan kutukan." Terkadang dia tidak bisa mengatakan dengan mudah bahwa dia kecewa. Nafas dimana dia tidak bisa mengatakan banyak hal adalah salah satu wujud dimana dia punya satu orientasi penuh.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now